Ibu Menyusui dalam Cengkeraman Produsen Susu Formula

6

 

 

Seorang teman bercerita dirinya baru saja ditelepon oleh salah satu agen/sales susu formula. Dirinya sedang mengandung delapan bulan. Si agen susu formula tersebut menyarankan untuk segera membeli susu formula merk tertentu sebagai persiapan untuk memberikan susu kepada bayi yang akan lahir satu bulan lagi. Ia pun memberikan informasi bahwa akan ada hadiah menarik berupa music box jika si ibu membeli produknya dan mengirimkan bukti pembeliannya melalui Whatsapp.

Saya sendiri ditelepon oleh salah satu agen/sales susu formula empat hari setelah melahirkan. Ia menanyakan nama, jenis kelamin bayi, dan kelancaran ASI saya. Saya ditelepon dua kali dalam jangka waktu satu bulan.

Seorang teman lain juga bercerita bahwa dirinya dibekali susu formula oleh rumah sakit bersalin tempat ia melahirkan. Ia sempat bertanya-tanya kenapa mendapatkan susu tersebut padahal tidak memesannya. Petugas kesehatan tersebut menjawab ini bagian dari fasilitas kesehatan dari rumah sakit untuk para pasien.

Tiga kisah di atas adalah segelintir cerita dari maraknya pemasaran susu formula kepada ibu hamil dan menyusui. Sebuah bentuk pemasaran yang sangat agresif. Bisnis ini sangat menguntungkan. Hasil penelitian tim universitas Padjajaran, University of Waterloo yang didukung Alive & Thrive dan UNICEF menyebutkan bahwa pada 2014, penjualan global dari susu formula sekitar 44,8 miliar dolar Amerika Serikat, dan diperkirakan pada 2019 mencapai US 70,6 miliar dolar AS. Pada tahun 2015, Indonesia menyumbang penjulan susu formula senilai 30,1 triliun,  tulis Tempo (2016), mengutip laporan tersebut. Walaupun begitu, pemasaran yang agresif ini telah  melanggar kode internasional pemasaran produk pengganti ASI.

Dalam sebuah modul yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan (2003) menjelaskan kode internasional pemasaran produk pengganti ASI adalah seperangkat aturan yang bertujuan untuk menunjang pemberian makanan bayi yang aman dan bergizi, serta melindungi ibu-ibu menyusui dari perilaku pemasaran minuman/makanan bayi yang agresif. Adapun produk yang dilarang meliputi susu formula bayi, susu formula lanjutan, susu dan minuman atau makanan lain yang diperdagangkan untuk bayi, juga botol susu dan dot.  Kode ini telah ditetapkan sejak tahun 1981 oleh WHO dan diterima oleh The World Health Assembly dan UNICEF.

Selain yang disebutkan di atas, informasi kepada petugas kesehatan harus faktual dan ilmiah. Informasi tentang susu formula, termasuk pada lebel harus menjelaskan keuntungan menyusui, biaya dan bahaya pemberian susu buatan. Produk yang tidak cocok seperti susu kental manis juga dilarang dipromosikan. Penjelasan tentang penggunaan susu formula hanya dibolehkan untuk beberapa ibu yang betul-betul memerlukannya. Semua produk harus bermutu dan mempertimbangkan semua unsur di suatu negara termasuk iklim yang dapat mempengaruhi daya tahan produk.

Namun apakah kode internasional tersebut dipatuhi oleh banyak produsen susu formula? Mari kita lihat sejenak potret pemasaran susu formula di Indonesia

Potret pemasaran susu formula di Indonesia.

Pada tanggal 21 Mei 2021, Asosiasi Ibu Menyusui (AIMI) meluncurkan laporan bertajuk Breaking The Code: Violations of the International Code of Marketing of Breastmilk Substitutes in Indonesia: A Case Study on Digital Platforms and Social Media During the COVID -19 Pandemic (April 2020-April 2021) yang memuat pelanggaran pemasaran produk pengganti ASI di berbagai media digital dan media sosial selama periode Pandemi COVID-19 (April 2020-April 2021). 

           source: www.aimi-asi.org

Dalam laporannya ditemukan pemasaran produk pengganti ASI di lokapasar besar di Indonesia seperti di Shopee, JD ID, dan Tokopedia. Saat ini, masyarakat Indonesia bagian mana, terutama ibu-ibu, yang tidak memanfaatkan tiga pasar online ini? Semua dapat mengaksesnya karena mudah, murah, dan terpercaya. Berbagai kemudahan ini dilihat juga oleh para produsen susu. Mereka mempromosikan produk dengan aneka kemudahan bagi konsumen seperti ketersediaan berbagai varian produk, potongan harga untuk susu pertumbuhan, dan formula untuk ibu hamil dan menyusui, gratis biaya pengiriman barang, pembayaran dengan skema cicilan, hingga hadiah gratis dan lainnya.

Beberapa perusahaan lokapasar seperti Shopee, Orami, dan JD ID juga telah membuat komunitas pendukung orang tua dengan nama Shopeemoms, Orami Parenting, dan JD ID Mums. Komunitas-komunitas ini juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan produk pengganti ASI dan perusahaan botol dot. Kehadiran komunitas-komunitas ini telah menjadi wadah promosi baru melalui beragam kegiatan seperti edukasi daring untuk orang tua, program berhadiah, live shopping, ulasan produk, kompetisi keluarga, dan sebagainya.

Tirto.id dalam artikel berjudul “Dosa Etik Produsen Susu Formula” (23 April 2018) menceritakan bagaimana perusahaan susu formula melobi pihak puskesmas serta bidan untuk menjadi agen pemasaran susu formula. Benefit yang ditawarkan sang agen tidak kaleng-kaleng. Bagi para bidan yang bersedia menjadi agen akan mendapatkan beberapa fasilitas seperti lemari serta pernak-pernik lainnya, dana renovasi ruang praktik pribadi, diberangkatkan umrah dan mengikuti berbagai kegiatan berskala nasional ataupun internasional. Sementara untuk puskesmas, perusahaan susu berani menawarkan biaya renovasi gedung yang dibutuhkan oleh puskesmas sebesar 1 miliar. Tidak hanya itu, bahkan mereka pun menawari satu unit fortuner untuk kendaraan operasional puskesmas. Sangat menggiurkan bukan?

Laman www.pelanggarankode.org mencatat 964 laporan pelanggaran kode terverifikasi sampai pada 24 Maret 2022 ini. Laporan pelanggaran terbagi menjadi dua jenis. Pelanggaran di internet dan non-internet. Pelanggaran di internet meliputi iklan di media sosial, kerja sama acara webinar/Instagram live, iklan di media seperti radio dan acara TV, sales mengontak langsung ke ibu, dan lain sebagainya. Adapun pelanggaran non-internet meliputi distribusi donasi produk pengganti ASI saat bencana dan pandemi, sponsorship untuk penelitian di masa pandemi, sponsorship program kesehatan/gizi/sosial, promosi di toko/jalan/kantor/gedung, pemberian sampel produk gratis kepada ibu/keluarga, dan lain-lain.

Di tengah agresivitas pemasaran produk susu formula, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat presentase bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun 2019 sebesar  66,69%, tahun 2020 sebesar 69,62%, dan tahun 2021 sebesar 71,58%. Dalam tiga tahun terakhir, secara nasional persentase pemberian ASI Eksklusif terjadi penurunan dan kenaikan sedikit saja. Artinya masih banyak bayi di luar sana yang tidak mendapatkan haknya untuk mendapatkan ASI eksklusif. Padahal pemberian ASI Eksklusif dilindungi pemerintah melalui Peraturan Pemerintah RI nomor 33 tahun 2012.

Merujuk pada website Ikatan Dokter Anak Indonesia, jika kita lihat dari sisi kondisi ibu yang dapat dibenarkan untuk tidak menyusui  secara permanen adalah ibu yang terkena inveksi HIV. Sementara kondisi ibu yang dibenarkan untuk berhenti menyusui sementara waktu adalah penyakit parah yang menghalangi ibu merawat bayi, misalnya sepsis (virus herpes simplex tipe 1), pengobatan ibu seperti radioaktif, dan kondisi-kondisi berat lainnya.

Namun, kenyataannya banyak cerita ibu-ibu yang melahirkan normal atau cesar langsung dipisahkan dengan bayinya selama satu-tiga hari dengan alasan agar ibu dapat istirahat. Sementara sang bayi akan dirawat oleh petugas kesehatan dan akan diberikan susu formula tanpa persetujuan si ibu. Hal ini, tentu menjadi penghambat utama dan pertama ibu dapat menyusui bayi dan bayi mendapatkan ASI Eksklusif.   

Penawaran Susu Formula Bentuk Pelemahan kepada Ibu

Menawarkan susu formula secara langsung via telepon, pemberian susu formula sebagai fasilitas dari rumah sakit, anjuran menggunakan susu formula oleh dokter merupakan serangkaian aktivitas yang melemahkan seorang ibu. 

Sejak hamil mereka diberi stimulasi bahwa ASI mereka tidak cukup memenuhi nutrisi bayi sehingga memerlukan tambahan nutrisi dari susu formula. Praktik ini jelas membunuh kepercayaan diri ibu untuk dapat menyusui eksklusif (enam bulan) sampai dua tahun atau lebih.

Seperti yang jamak diketahui, ASI adalah nutrisi paling baik bagi bayi. ASI memiliki antibodi sehingga ketika bayi mengalami demam, ASI dapat meningkatkan antibodi secara alami. ASI dapat mendeteksi kebutuhan antibodi tersebut dari lidah bayi. Sementara susu formula adalah produk yang memberikan resiko common desease seperti demam, batuk, pilek, diare karena susu formula bukan produk steril.

Mari kita sedikit menyimak bagaimana ASI diproduksi oleh tubuh dari seorang dokter ahli gizi masyarakat, Dr. dr. Tan Shot Yen, M, hum yang mengedukasi masyarakat melalui media sosial. Pada usia 28 minggu kehamilan atau 12 minggu sebelum kelahiran, kelenjar susu ibu telah siap menghasilkan ASI. Proses ini disebut dengan Laktogenesis tahap satu. Setelah itu, masuk ke Laktogenesis tahap dua di mana ASI mulai diproduksi sampai 72 jam pasca persalinan. Pada masa ini ASI yang keluar baru sedikit. Sesuatu yang sangat wajar. Karena lambung bayi baru seukuran kelereng. Tetesan demi tetesan ASI ini cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Di masa ini bayi akan mendapatkan kolostrum, cairan ASI yang mengandung antibodi. Masuk hari ketiga ASI mulai deras.

Salah satu kunci untuk mendapatkan kelancaran ASI adalah proses inisiasi menyusu dini (IMD). IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan. Bayi ditengkurapkan di dada ibu kemudian dibiarkan untuk mencari puting susu ibu sendiri. Di sinilah permulaan insting bertahan hidup pada bayi. Tahap ketiga adalah Galaktopoiesis. ASI diproduksi secara mapan dan akan semakin banyak seiring dengan seringnya bayi menyusu. Hormon prolaktin dan oksitosin berperan dalam proses ini.

Pada tahap kedua Laktogenesis, rawan sekali si ibu mengalami panik karena ASI belum lancar, khawatir si bayi dehidrasi, dan tidak jarang kepercayaan diri mulai menurun. Situasi inilah yang dimanfaatkan oleh para produsen susu formula untuk memasarkan produknya melalui petugas kesehatan ataupun sales yang menghubungi si ibu secara langsung. Tak jarang si ibu terjebak pada pemasaran ini dengan dalih bayi kehausan, menangis terus menerus, dan segudang alasan untuk pembenaran memberikan sufor. Di tengah kondisi ini, penting sekali ibu mencari fasilitas kesehatan yang pro-ASI dan lingkungan yang mendukung untuk keberhasilan menyusui.

Dari sini, kita bisa melihat bagaimana tubuh perempuan menyiapkan dirinya untuk dapat menyusui si bayi. Jika semua lingkungan mendukung, tentu hak ibu dan bayi akan terpenuhi untuk dapat melakukan proses menyusu dan menyusui ASI Eksklusif.

 

Post a Comment

6 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
  1. Bersyukur istri saya termasuk yang lancar dalam hal menyusui sehingga ke-4 anak kami semuanya tidak menggunakan susu formula sampai rata-rata usia 2 tahun. ALhamdulillah hak mereka untuk mendapat ASI eksklusif dapat terpenuhi

    ReplyDelete
  2. Sepakat banget. ak tuh dipaksain terus untuk ngasih sufor, padahal ak udh berusaha agar bisa ASI. pihak RS malah lebih dukung kalau bayi dikasih sufor. untung ak udah banyak baca mengenai cara-cara memberikan ASI sebelum lahiran. Penting banget agar ibu teredukasi dengan baik mengenai pemberian ASI

    ReplyDelete
  3. Ini semacam dark side dari budaya menyusui di Indonesia ya, bahwa penggunaan susu formula juga dipengaruhi oleh agresifitas iklan. Saya baru tahu, dan banyak teman bahkan sanak saudara yang bergantung sama susu formula.

    ReplyDelete
  4. Sebelum lahiran anak pertama, saya dan suami menyempatkan diri belajar tentang ASI di kelas yang diadakan AIMI. Dengan begitu, kami bisa lebih kokoh dengan kemungkinan ditawarkan susu formula dari berbagai pihak.

    ReplyDelete
  5. membaca ulasannini hatiku kayak di remes2 ya Allah... masak gitu sih ya cara yang dipakai oleh para produsen sufor hingga masuk ke pukesmas2

    ReplyDelete
  6. Masya Allah... Ngeri ya ternyata strategi pemasarannya. Semasif itu sampai melibatkan lembaga kesehatan.. Jadi aware nih besok kalau udah hamil harus lebih hati-hati nyiapin ilmu dan mental

    ReplyDelete
Post a Comment
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !