Ramadhan Saatnya Baikan dengan Bumi

12

 

Suka Cita Ramadhan

Nuansa Ramadhan kali ini hampir kembali ke nuansa Ramadhan sebelum pandemi. Orang-orang kembali bersuka cita meramaikan masjid untuk buka bersama dan salat tarawih. Di Masjid dekat rumah, beberapa hari sebelum Ramadhan dimulai, pengurus masjid telah membuat jadwal petugas pembuat takjil (makanan pembuka saat berbuka). Setiap kepala keluarga memiliki kewajiban membuatkan takjil untuk buka puasa. Program anak-anak mengaji kembali digelar. Pengajian pun demikian. Rasanya, ah, Ramadhan kali ini kembali hangat. Ya, pemerintah belum mencabut status pandemi Covid-19 ini. Namun, banyaknya masyarakat yang telah mendapatkan vaksin dua dosis membuat kami merasa aman untuk kembali beraktivitas.

Di media sosial, beberapa teman yang memiliki usaha kuliner membagikan kabar kalau mereka bersiap untuk membagikan takjil bagi yang membutuhkan. Juga ramai pesanan kue lebaran dan hampers. Teman-teman yang menekuni bisnis tekstil sudah menyiapkan beragam mode pakaian islami seperti gamis, baju koko, serta perlengkapan ibadah. Ya, bisnis mereka kembali menggeliat, memancarkan optimisme dan suka cita. Hangat sekali hati ini melihat suka cita Ramadhan kali ini.

Tidak hanya itu, pengalaman pandemi selama dua tahun lebih memaksa kita untuk segera beradaptasi untuk melakukan banyak kegiatan dengan aman. Pertemuan daring menjadi pilihan satu-satunya untuk menggelar kegiatan mulai dari rapat, webinar, kuliah, proses belajar-mengajar, dan masih banyak lagi. Di Ramadhan kali ini, pengajian-pengajian online pun digelar. Banyak sekali pilihan yang bisa kita ikuti. Media, tema, dan waktunya pun beragam. Ada yang menggunakan Instagram, twitter, zoom, youtube dan media lainnya. Beberapa temanya seperti ini, “Muslimah yang Diperdebatkan”, “Sejarah Hukum Islan Nusantara”, “Keluarga sebagai Madrasah Pertama HAM”, “Gus Dur dan Warisan Keadilan Hakiki Perempuan”. Asik-asik banget temanya. Tema yang dekat dengan tantangan-tantangan yang sedang dihadapi Indonesia. Bagi saya, sebenarnya, tema-tema “ngaji” online ini lebih menarik daripada tema-tema “ngaji” di masjid. Hehehe

"Kegiatan-kegiatan di ruang tatap muka langsung ramai. Kegiatan-kegiatan di ruang online pun tak kalah riuh. Tinggal kita yang memilih mau merayakan suka cita Ramadhan di mana dan seperti apa."

Ramadhan dan Bumi

Rasa-rasanya ini menjadi waktu yang tepat juga untuk memulai baikan dengan bumi. Sederet bencana yang melanda Indonesia juga dunia sudah lebih dari cukup kita rasakan. Hujan dan panas yang bisa berganti secepat kilat membuat hari-hari kita terus waspada. Akan terjadi banjir di belahan kota mana kah? Ada puting beliung di daerah mana kah? Pohon mana yang giliran tumbang? Rumah siapa yang gentengnya akan terbang atau ambruk? Nyawa manusia manakah yang akan hilang karena bencana? Jangan-jangan saat ini giliran saya yang harus berjibaku menghadapi bencana. Pikiran-pikiran ini terus datang setiap tetiba hujan lebat datang di musim yang seharusnya kemarau atau tetiba panas tinggi di musim hujan. Rasanya diri ini kecil dan tak berdaya melawan amukan bumi yang kian menjadi-jadi.

Dalam Islam ada tiga hubungan yang perlu kita rawat. Hubungan kita kepada Allah, hubungan kita dengan manusia, dan hubungan kita dengan alam. Hubungan kita dengan Allah di bulan Ramadhan kita lakukan dengan berpuasa, salat wajib, salat tarawih, salat tahajud, salat duha, mengaji Al-Quran, dan lain-lain. Sementara hubungan dengan manusia ditandai dengan bersedekah, zakat fitrah, berbuat baik kepada tetangga, anak dan suami, orang tua, teman, dan lain sebagainya. Dua tipe hubungan ini terlihat sangat jelas ketika bulan Ramadhan. Seperti yang disebutkan di atas, orang-orang berbondong-bondong ke masjid, menghatamkan Al-Quran, dan berbagi makanan kepada yang membutuhkan. Namun untuk hubungan kita dengan alam, sudah sampai tahap manakah kita berbaik hati pada bumi yang kita pijak?

Saya akan ajak anda merenung sejenak dengan beberapa pertanyaan. Apakah di kulkas anda penuh dengan makanan? Sudahkah anda menghabiskan makanan yang anda masak hari ini? Berapa banyak pakaian yang ada di lemari saat ini? Sudah berapa kali Anda berbelanja pakaian tahun ini? Apakah di rumah Anda ada timbunan plastik bekas belanja? Apakah Anda termasuk orang yang menimbun tisu di rumah? Apakah listrik Anda menyala terus menerus? Di bulan Ramadhan ini, berapa banyak makanan yang tersaji di meja makan? Apakah Anda juga berencana untuk membeli baju lebaran sekarang? Jika iya, mari kita lihat sebuah data di bawah ini.

Syarifa Yurizdiana, Aktivis Zero Waste Indonesia mengatakan bahwa berdasarkan data global sebanyak 92 ton limbah tekstil dihasilkan setiap tahun. Hal itu setara dengan satu truk sampah yang datang ke TPA setip detiknya. 

Tidak hanya itu, data Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan industry fasyen/mode merupakan pengguna air terbesar di dunia. Sekitar 20% air limbah secara global juga jadi hasil pembuangan industri fesyen. Bahkan, industri mode melepaskan setengah juta ton serat mikro sintetis ke laut setiap

Sarah Lazarovic, seorang aktivis lingkungan sekaligus penulis, memaparkan teori The Buyerarchy of Needs yang diadaptasi dari Abraham Maslow, Bapak Psikologi Dunia. Teori ini memberikan beberapa pilihan sebelum Anda memutuskan untuk membeli baju. Ada enam elemen yang dapat Anda pilih.

Pertama, Use What You Have (Gunakan yang Anda Punya)

Melihat kembali isi lemari Anda merupakan satu hal yang perlu Anda lakukan sekarang. Pilihan pertama yang ditawarkan Sarah adalah menggunakan pakaian yang Anda punya. Jika Anda merasa bosan, Anda bisa mix and match pakaian-pakaian Anda, mengubah bentuk dengan menjahit ulang, dan memberikan beberapa aksesoris hasil menyulam di pakaian Anda. 

Kedua, Borrow (Meminjam)

Saya tumbuh di lingkungan pesantren. Budaya meminjam baju sebenarnya sudah tumbuh di pesantren. Jadi, barangkali, bagi Anda yang berlatar belakang santri, opsi ini dapat anda gunakan. Anda bisa meminjam pakaian dari teman dekat atau keluarga. Bahkan saat ini pun sudah tersedia penyewaan pakaian sehari-hari. Kamu dapat menyewanya dalam satu minggu atau bulan.

Ketiga, Swap (Menukar)

Anda dapat saling menukar pakaian dengan sahabat atau keluarga atau rekan kerja. Bagi saya, ini hal menarik yang dapat dilakukan. Pastikan orang yang akan Anda ajak untuk saling menukar baju adalah orang yang memiliki ukuran pakaian yang sama dengan Anda ya.

Keempat, Thrift (Menghemat)

Maksud dari pilihan keempat adalah membeli pakaian bekas. Istilah lainnya adalah pakaian preloved. Dengan membeli pakaian bekas kita dapat menghemat pengeluaran kita.

Kelima, Make (Membuat)

Siapa yang senang mendesign baju yang akan digunakan? Pilihan ini bisa jadi pilihan. Dengan membuat atau menjahit pakaian, Anda bisa menentukan model pakaian sesuai kebutuhan Anda.

Keenam, Buy (Membeli)

Membeli adalah pilihan terakhir yang dapat Anda ambil. Jika semua pilihan di atas tidak dapat memfasilitasi kebutuhan Anda, Anda dapat membeli pakaian dengan pertimbangan yang matang.

Tidak hanya pakaian yang dapat menjadi limbah, makanan pun dapat menjadi limbah atau sampah. Barangkali hal ini sudah umum diketahui. Berdasarkan data dari SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional), sampah makanan menempati angka tertinggi dibandingkan sampah lainnya. Ia mencapai angka 28,6% pada tahun 2021. Sementara sumber sampah terbesar adalah sampah rumah tangga. Artinya aktivitas sehari-hari kita di rumah telah menghasilkan banyak sampah yang dapat mencemari lingkungan. Sampah rumah tangga meliputi sisa makanan, sampah sayuran, sampah plastic, asap, air sisa cuci piring dan pakaian. 

Hasil kajian Febriyanto dkk (2019) menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga pada bulan Ramadhan meningkat antara 10-30% sampai 100-150%. Hal ini terjadi karena budaya masyarakat yang selalu menyajikan sajian berbuka puasa dan sahur secara “istimewa”. Ya, kita memang senang menghadirkan menu tertentu di setiap harinya. Padahal, di hari-hari biasanya, kita makan dan minum apa adanya sesuai dengan kebutuhan tubuh dan gizi seimbang.

Meningkatnya konsumsi rumah tangga saat Ramadhan berpengaruh juga pada sampah yang dihasilkan. Salah satu contoh di kota Tangerang Selatan diprediksi sampah rumah tangga akan meningkat sampai 750 ton per hari. Padahal di hari biasanya, produksi sampah mencapai 500 ton. Kenaikan yang tinggi bukan?

Oleh karenanya, di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, alangkah baiknya jika kita tidak hanya berbuat baik pada diri sendiri juga sesama, tetapi juga pada alam. Dengan tidak meningkatkan konsumsi rumah tangga dan meminimalisir pembelian fesyen, saya rasa itu adalah tindakan yang mulia.

Jadi resolusi baju lebaran tahun ini mau pakai opsi yang mana nih?

 

Sumber:

Katadata.co.id

https://environment-indonesia.com

https://www.sarahl.com

https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/

https://zerowaste.id

https://www.centerforecotechnology.org

https://www.cultura.id

 

Post a Comment

12 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
  1. aku juga lagi ngerasain hal yang sama kak. pengen mencoba go green dan masih proses berpikir beli baju lebaran atau tidak. tapi begitu membaca artikel ini jadi ada sedikit pencerahan agar tak perlu beli baju lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah iya mbak. Aku sudah memutuskan utk merevarasi baju yg sudah ada dulu... Hihi seneng deh bisa memulai begini.

      Delete
  2. Setuju banget sama artikel ini!
    Saya selalu berandai2 kalo semua orang bisa menyamakan mindset tentang Buyerarchy of Needs dan mencoba menerapkannya mungkin bumi ini akan kembali seimbang dan bisa self-purification sebagaimana seharusnya.
    Ramadhan tentu seyogianya menjadi ruang pengendalian diri, tidak hanya menahan makan minum di siang hari, tetapi mengendalikan diri dari segala hal yang menghilangkan kewarasan kita.
    Terima kasih mbak, sudah menulis ini ^^

    -Nazla

    ReplyDelete
  3. semoga ramadhan ini menjadi lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya untuk mengurangi sampah. aaminn. selamat berpuasa kak. salam kenal :)

    ReplyDelete
  4. Miris, kita menjadi salah satu negara penghasil sampah terbanyak di dunia.
    Semoga momen Ramadan ini bisa membuat kita lebih sadar untuk memperbaiki diri dalam hal hablum minal alam

    ReplyDelete
  5. Kalau saya pribadi sih tidak ada rencana beli baju baru. Yang penting anak-anak saja.
    Salam kenal mbak Layla🙏😊

    ReplyDelete
  6. Oh baru tahu kalau di pesantren punya kebiasaan bisa pinjam baju gitu ya. Ini bisa diterapkan biar bisa lebih hemat juga ya.

    ReplyDelete
  7. Kapan hari aku pernah ikut webinar yang membahas masalah industri mode ini mbak. Fast fashion ini memang salah satu sumbangan limbah terbesar di dunia sih. Nggak nyangka, ternyata baju yang kita pakai bisa menyumbang limbah yang ngeri.

    Btw, kayaknya kemarin ada kampanye "Tukar Baju" tapi aku lupa di IG nya siapa. Kalo nggak salah zerowaste.id. Unik dan keren sih kampanyenya..

    Oiya, thanks sharingnya. Aku udah memutuskan nggak beli baju baru lebaran ini, pakai yang udah ada aja hehe..

    ReplyDelete
  8. Kalau saya setelah diatas 17 tahun justru jadi jarang beli baju lebaran, beli baju baru karena memang butuh dan sudah layak untuk diganti.dan tidak harus lebaran dengan baju baru.
    Semoga kita makin sayang dengan aksi nyata untuk bumi.

    ReplyDelete
  9. Sepakat mbak. Sebelum beli sesuatu banyak yang harus dipertimbangkan. Ada barang lain dengan fungsi sama nggak? Bisa pinjam aja nggak? Dan sesuai step2 yang mbak sebutkan di atas. Semoga kita makin bijak berkonsumsi ya.

    ReplyDelete
  10. Kalau di rumah pilihannya adalah melihat pakaian yang lama yang memang baru dipakai sekali atau dua kali. Kalau tukar menukar pakaian di rumah sangat tidak dianjurkan, karena menurut kami itu adalah privacy.

    Tapi balik lagi kepada kenyamanan setiap individu ya.

    Kalau limbah makanan alhamdulillah, untuk masak secukupnya. Kalau kurnag baru masak lagi.

    ReplyDelete
  11. betul euforia akan kemeriahan Ramadan mulai terasa di tahun ini apalagi saat dikabarkan boleh mudik masya Allah .. aku sepakat bahwa hubungan kita dangan alam juga harus dijaga ini adab kita kepada alam. aku pribadi sudah lama ndak mengkhususkan beli baju lebaran hehe jadi pakaibaju yang jarang dipakai buat di reuse

    ReplyDelete
Post a Comment
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !