BEING A MOM IS BEING A LEARNER

7



            “La, kamu kok belajar terus? Masih ada waktu po buat belajar?” satu pertanyaan masuk melalui chat whatsapp.

            “La, kamu ikut webinar ini itu buat apa?” pertanyaan lain muncul di DM instagram.

            “La, kamu punya baby masih sempat ikut webinar-webinar ya,” teman saya berkomentar.

            Iya, saya senang banget ikut webinar gratis atau pun berbayar. Saya menyempatkan diri ikut beberapa webinar untuk menimba ilmu tentang parenting. Jujur saja, saya belum tahu menjadi orang tua yang baik, bijak, pengertian, dan segala hal baik lainnya.

            “Kamu memang nggak melihat bagaimana orang tuamu mendidikmu?” tanya teman yang lain.

            Pengalaman dibesarkan oleh orang tua tentu saja melekat dalam ingatan. Baik itu pengalaman yang menyenangkan atau tidak. Saya adalah seorang ibu yang telah mengambil magister ilmu pendidikan. Di sela-sela mempelajari teori pendidikan, sebenarnya saya menyelami pengalaman masa kecil saya. Melihat kembali bagaimana orang tua mendidik saya. Misalnya, saya mencari alasan mengapa saya tumbuh menjadi seseorang yang tidak berani melakukan kesalahan. Perfectionis is me. Menjadi sempurna itu baik. Namun, itu mengurung saya untuk bertumbuh dengan “kesalahan-kesalahan” yang dapat memberikan pengalaman berharga.

            Ada hal-hal baik yang saya ambil dari pola asuh orang tua saya. Namun, pengalaman itu tentu tidak cukup untuk menemani dan memfasilitasi satu manusia kecil yang berharga ini. Ia memerlukan seorang ibu dan ayah yang prima dengan pengetahuan yang tepat. Oleh karenanya, saya berani menginvestasikan waktu, pikiran, tenaga, dan uang untuk tumbuh menjadi ibu yang baik versi saya.

Be a Long Life Learner 

            Bagi saya proses menjadi ibu pembelajar itu sangat menantang. Karena saya tidak tahu harus memulainya dari mana. Dengan kata lain, tidak ada kurikulum dan silabus menjadi orang tua. Tidak ada sekolah formal menjadi orang tua. Sekolah bagi orang tua adalah alam semesta ini, si kecil yang ada di hadapan kita.

Rasanya, lebih mudah menjalani proses belajar di sekolah dan perguruan tinggi.  Di sana, apa yang perlu dipelajari dari A-Z sudah sudah ditentukan oleh guru dan dosen. Bahkan sumber bacaan untuk belajar pun sudah dicantumkan. Kita tinggal jalan dan menemukan. Mudah sekali bukan?

            Berbeda saat menjadi ibu pembelajar, kita perlu meraba ilmu apa yang perlu dipelajari. Kita benar-benar menjadi pembelajar yang mandiri. Perlu adaptasi yang luar biasa untuk belajar mandiri karena pendidikan kita tidak memfasilitasi kita untuk menentukan ilmu atau skill apa yang ingin dipelajari oleh peserta didik. Di sekolah dan perguruan tinggi, semua kebutuhan sudah difasilitasi dan ditentukan.

            Kesadaran untuk mengetahui secara mendalam (curiocity) tidak dibangun di lembaga pendidikan kita. Yang dibangun di lembaga tersebut adalah kebutuhan nilai (angka) dalam suatu bidang. Contoh konkritnya begini, guru atau dosen memancing peserta didiknya untuk bertanya dengan reward akan memberikan nilai A atau 9. Peserta didik akan bertanya atau menanggapi dosen, namun motivasinya bukan karena ingin lebih tahu materi yang sedang dipelajari, tetapi nilai tinggi.

 Jadi, tidak heran jika ada orang tua yang berpendidikan tinggi tapi ia tidak memiliki kesadaran untuk belajar mandiri tentang menjadi orang tua. Ya karena merancang dan menentukan ilmu yang ingin kita pelajari itu susah. Kesadaran untuk mengetahui sesuatu secara mendalam tidak terbentuk. Belum menjadi kebiasaan di sistem pendidikan kita untuk menentukan semuanya secara mandiri. Dan tidak ada reward nilai yang tinggi saat menjadi ibu. Pernah suatu ketika dalam satu perkuliahan, dosen saya memberikan tugas makalah kepada mahasiswa. Tema dan formatnya dibebaskan. Kita sebagai mahasiswa, bukannya senang eksplorasi, yang ada malah bingung dan ujung-ujungnya minta contoh kepada dosen.

“Proses belajar kita di lembaga pendidikan berpengaruh banget ya dengan kehidupan pribadi?”

Iya betul sekali. Sangat berpengaruh. Saat saya menjadi mahasiswa, saya menjadi mahasiswa yang cukup idealis. Saya mengerjakan skripsi dan thesis dengan ideal menurut saya. Mengambil tema yang jarang dibahas, mengambil narasumber dengan tepat, memprosesnya dengan benar. Tidak ada tuh yang namanya data tipu-tipu (Hard to say it, but I am sorry, I saw the fact around me). Proses yang saya jalani, idealism saya juga terjadi saat saya menjadi ibu sekarang. I am proud of being idealism student and mom. Thank you my self. 

How To Be a Long Life Learner?

            Menjadi seorang ibu tidak lah mudah tapi bisa diusahakan dan dipelajari. Apalagi media belajar saat ini sangat terbuka. Ada media sosial (twitter, ig, fb, youtube, dll) yang dapat mempertemukan kita dengan para ahli di bidangnya. Kita dapat menimba ilmu di sana. Lalu hal mendasar apa sih yang perlu dimiliki seorang ibu untuk menjadi seorang pembelajar? Bagi saya ada tiga hal dasar, yaitu:  

·         Open Mind

Membuka pikiran dan menanamkan rasa ingin tahu yang tinggi adalah kunci. Dari pikiran lah segala hal bermula dan bekerja. Open mind sangat diperlukan saat menjadi orang tua karena ilmu parenting itu dinamis. Bukan hanya ilmu sebenarnya, manusia kecil yang sedang kita hadapin pun bersifat dinamis. Selalu ada hal yang perlu dipelajari dalam setiap fase anak.

·         Open Heart

Buka hatimu maka akan Anda dapati rasa welas asih dan empati. Si kecil perlu difasilitasi dengan hati dan penuh hormat. Segala hal yang diberikan denga hati akan penuh makna. 

·         Open Will

Beranilah melakukan sesuatu. Beranilah mempelajari hal baru. Beranilah membuka kemungkinan-kemungkinan baru. Dalam open will ada dua hal penting yang perlu kita sadari yaitu proses letting go, “selamat tinggal” kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan letting come, “selamat datang” pengetahuan dan pengalaman baru.

    Okay, mau tahu apa saja yang sejak hamil sampai sekarang saya pelajari?

1.    Bagaimana menjalani kehamilan yang nyaman di Mifa Bhavana

2.    Mempersiapkan kelahiran minim trauma di Mifa Bhavana

3.    Menimba ilmu tentang menyusui di AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia)

4.    Perawatan dan pengasuhan bayi 0-3 bulan

5.    Konsep dan menu MPASI (makanan pendamping ASI) di Sanggar ASI

6.    Kelas tumbuh kembang anak di Viji Klinik

7.    Kelas motorik di Viji Klinik

8.    Kelas sensorik di Viji Klinik

9.    Kelas nutrisi di Viji Klinik

10. Kelas montesori for baby di Jejak Jemari

11. Speech Delay bersama dr Apin

12. Perkembangan bahasa pada anak bersama dr Apin

    Saya mengikuti kelas-kelas tersebut berdasarkan kebutuhan. Saat si kecil lahir, saya belum tahu bagaimana merawatnya dengan benar. Sehingga saya memutuskan untuk mengambil kelas perawatan bayi 0-3 bulan. Saat anak hendak memasuki fase MPASI, saya pun mencari kelas MPASI, dan begitu pun seterusnya. Saya senang menggali ilmu-ilmu tersebut karena dengan ilmu hidup menjadi tenang dan tidak bertumpu pada mitos. Dalam budaya kita, banyak banget kan mitos-mitos dalam merawat bayi. Bye-bye mitos. Welcome sains.

Post a Comment

7 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
  1. keren bad..bener banget sih..ngurus anak gk bisa pake mitos, kudu pake ilmu, toh sekarang akses buat dapetin ilmu lebh mudah,.

    ReplyDelete
  2. Betul banget mba, menjadi ibu itu berarti belajar sepanjang waktu.. eh menjadi manusia sih ya harusnya.. hehe..banyak banget hal yang kudu dipelajari sebagai seorang ibu baik secara fisik (misal menyusui) maupun mental..

    Semangat buat para ibu kece

    ReplyDelete
  3. So Proud untuk setiap ibu yang terus belajar tanpa henti di tengah kehectican mengurus keluarga. Semoga ilmu parenting yang didapat menjadi bekal dalam mendampingi tumbuh kembang si buah hati

    ReplyDelete
  4. Nah iya, never stop learning. Terkadang susah juga sih mengabaikan mitos. Tapi kalau udh punya ilmunya, hempaskan saja mitos2 tersebut. Tetap semangat ya kak 😍

    ReplyDelete
  5. Menjadi ibu penuh pelajaran sehingga being a mother being a learner. Menjadi ibu sekaligus belajar . Belajar dari anak-anak dan belajar dari aktivitas sehark-hari

    ReplyDelete
  6. Sama mbak aku juga suka ikut berbagai webinar. Topik keuangan sih yg lagi aku suka saat ini.

    ReplyDelete
  7. MasyaAllah semangat mba.. betul-betul jadi ibu memang long life learner 😇

    ReplyDelete
Post a Comment
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !