SUP

0

Jika ada yang bertanya tentang makanan kesukaanku apa? Maka akan aku jawab pertama, sup segar buatan ibuku, kedua pepes ayam buatan ibuku, ketiga capcay buatanku sendiri, hehe. Itulah tiga macam masakan yang tak pernah bosan aku memakannya. Jika aku pulang ke rumah, menu pertama yang aku minta pada ibuku adalah sup. Ibuku pandai memasak, masakan apapun apabila sudah ada di tangan ibuku, pasti enak rasanya. Selalu membuat ketagihan. Dan sup adalah masakan yang selalu membuat aku ketagihan. Sup buatan ibuku selalu segar, sehingga aku selalu mengahabiskan ber-mangkuk-mangkuk sup di rumah. Dan ibuku sudah maklum dengan itu.



Aku selalu bercerita lewat telepon, kalau sup di Yogya gak enak, gak seperti buatan ibu. Sup di sini rasanya manis, terasa banget bumbu masakonya, bawang putihnya lebih banyak dari bawang merah, dan jika terlampau manis setelah makan sup itu, aku akan merasa pusing. Aku agak bermasalah dengan masakan yang terlampau manis dan gurih. Jika dua rasa itu aku temukan, maka pusinglah yang akan terasa, dan perasaan kapok untuk memakan makanan itu.
Nah sup buatan ibuku tidak seperti itu, rasanya segar, enak, dan nikmat. Bumbu dasarnya memang sama. Bawang putih diiris-iris tidak usah terlalu banyak, bawang merah digoreng kering supaya wangi, saledri, tomat, bawang daun, garam, penyedap rasa sedikit saja, dan merica. Semua bumbu dimasukan ke dalam sup ketika semua sayuran: wortel, buncis, kentang, brokoli, bakso sudah matang dan air sudah mendidih. Begitu biasanya ibuku memasak, dan rasanya selalu membuat lidah bergoyang berkali-kali.
 Saat ini, ceritanya aku lagi PPL-KKN. Satu kelompok sepeluh orang, lima cewek, lima cowok, dan kami semua memasak. Karena memang di sini sulit mencari warung makan seperti di Jogja. Dan tahukah kami juga memasak sup dan cap-cay. Tetapi tak kutemukan sup seperti sup buatan ibuku. Selalu ada saja yang kurang di lidahku. Di sini, saat aku perhatikan teman-teman memasak sup, bumbu supnya: bawang putih dan garam ditumbuk halus, kemudian dimasukan berbarengan dengan air, setelah air mendidih, barulah dimasukan sayurannya. Terus dimasukan bumbu-bumbu yang lain. Terkadang gak memakai bawang merah yang digoreng dan bawang seledri. Dan selalu kurang asin di lidahku. Orang sunda memang suka yang asin-asin. Tidak begitu senang pedas, dan manis di masakan.
Aku akui, aku tidak begitu cocok dengan masakan di sini, karena bumbu utama di sini adalah bawang putih. Duh bawang putih rasanya membuat lidah berhenti bergoyang. Tapi aku pun harus menyesuaikan masakan di sini. Masakan yang sudah pas dimulut walau bawang putihnya banyak adalah cak kangkung. Cak kangkung yang selalu aku pesan di dapur sambal dan super sambal terasa segar dan hangat. Itulah yang membuat aku senang. Selain itu semuanya aku tidak begitu suka.
Pasti timbul pertanyaan, lah kok kamu gak masak sendiri saat KKN, gimana dengan masaknmu? Begini, di sini yang piket masak ada tiga orang perhari, nah yang tiga orang itu pasti punya cara yang berbeda-beda dalam memasak dan selera. Karena di sini orang jawanya lebih banyak dari orang sunda (orang sunda) Cuma aku saja, jadi yah dengan sangat disasayangkan, aku ikuti saja bagaimana cara mereka memasak. Tidak memaksakan kehendak. Aku akan memasak sup yang enak saat di kos, seusai PPL-KKN di sini. Bersama Maggy yang selalu baik hati aku akan memasak apapun yang aku inginkan, tentu dengan resep-resep yang aku minta dari ibuku. Sebenarnya beberapa hari ini aku rindu memasak di kos, dan juga merindukan Maggy, tetapi bagaimana lagi, tugas masih harus diemban dan diselesaikan. Tak bisalah seenaknya pulang ke kos, memasak di sana, dan menetap agak lama untuk menghilangkan kerinduan pada Maggy: Magic comku yang selalu aku gunakan untuk masak nasi, sup, menggoreng telur, ikan, membuat agar-agar, dan masih banyak lagi kegunannya.  

Sepuluh September

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !