Kali ini, saya ingin mencoba untuk mengabadikan komentar dan
masukan teman-teman saya terhadap cerpen saya. Mereka yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membaca cerpen yang belum layak di baca dan
memberikan beberapa masukan, karena memang saya ingin belajar menulis. Mereka termasuk orang-orang yang
peduli pada orang-orang yang mau belajar menulis.
Pertama, teman saya yang setia membantu saya dari sejak awal saya
menulis yaitu Shahifurr Ridho Ilahi. Ia yang selalu saya kirimi cerpen selepas
saya berhasil menyelesaikan satu atau dua buah cerpen. Ia juga yang menyuruh
saya membaca Koran, memperkenalkan saya pada karya-karya Pramudiya Ananta Toer, juga meminjamkan
beberapa buku cerpennya untuk saya. Terkadang juga bukunya menjadi milik saya, karena ia mengatakan
bahwa ia sudah membacanya, maka buku itu untuk saya saja. Terimakasih yah.
Berikut beberapa potongan masukan yang masih saya ingat.
tata
bahasamu masih belum baik la.
"belum
datangi selama hampir 2 tahun setengah "
2
tahun harus ditulis dua tahun
jangan
pake angka
lagi
"ngaret" itu kan istilah
kata
itu nggak baku
kata
itu diciptakan oleh masyarakat yang sering melakukan itu
perlu
kiranya kata itu di cetak miring
juga
'Teman laki-laki kamipun...' kami dan pun dipisah
kayaknya
yang gitu dicerpenmu banyak deh....
kamu
harus selesai dengan teknis macam gitu kalau tulisanmu mau bagus
Tentu
saja yang saya cantumkan di atas itu hanya sebagian komentar Ridho pada cerpen
saya. Sebenarnya masih banyak, ia mengoreksi cerpen pertama saya juga. Itu adalah
koreksi untuk cerpenku yang entah ke berapa kalinya.
Kedua
yaitu mas Amin. Beberapa kali melakukan perbincangan tentang cerpen saya. Untuk
komentar yang pertama:
Cerpen
kamu sangat cerewet, La. Selesaikan tehnis dulu. Kata dimana harus ditulis
tepisah menjadi di mana, kata di cium, harus ditulis bergandengan menjadi
dicium.
Mas Amin juga menganjurkan untuk membaca karya cerpenis besar
terlebih dahulu diantaranya kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya AA Navis,
Sarapan Pagi Penuh Dusta karya Puthut EA, Air Kaldera karya Jhoni Ariadinata,
Saksi Mata Karya Seno Gumira, juga merekomendasikan cerpen yang ditulis oleh
Roudal Tanjung Banua, Clara Ng, dan Yetti AKA. Ada hal penting lainnya yang
dikomentari mas Amin, pertama dahulukan persoalan pokok, penulis cerpen
bukanlah pembuat berita (cerpen saya yang berjudul bulik Iyem pada halaman
satu-dua seperti liputan berita, katanya), kedua hubungan kejadian-kejadian
yang diceritakan dalam cerpen itu, jangan membuat opini-opini sendiri, serta
tetapkan tujuan menulis cerpen ini untuk apa, dengan siapa, karena sebuah karya
bisa dikatakan juga sebagai alat komunikasi. Mas Amin juga mengutip teori
Graham Weles dalam menciptakan sebuah karya sastra. ada empat tahap yang harus
dilakukan dalam penciptaan sebuah karya. Pertama, preparasi, kedua inkubisi,
ketiga, eliminasi, keempat ferivikasi. Dan akhirnya, Saya telah membaca
sebagian karya-karya yang direkomendasikan. Sekarang Saya sedang membaca
kumpulan cerpen Horison dFkH (dari Fansuri ke Handayani).
Ketiga adalah Muhammad Aswar yang berasal dari Sulawesi. Teman yang
baru-baru ini saya kenal. Kebetulan saya termasuk panitia sebuah acara diskusi
sastra yang diadakan di kampus. Dan tentu saja penyair yang satu ini tak pernah
melewatkan diskusi sastra semacam ini. Acara berlanjut sampai malam hari di
sebuah restoran, yang saya lupa namanya. Di situlah ada sedikit perbincangan
diantara teman-teman saya dengan Mas Aswar. Tak mau ketinggalan kenalan sama
penyair saya pun ikut nimbrung-nimbrung aja. Hehe. Sebelumnya saya mengenal dia
dari tulisannya yang dimuat di Koran.
Belum banyak yang mas Aswar katakan kepada saya
tentang cerpen saya. Hanya begini saja :
Ela, sering baca cerpen gak? Cerpennya bagus,
tapi cuma perlu pelajari teknik penceritaan yang
lebih segar, mungkin dengan baca cerpen penulis terdahulu bisa belajar
tekniknya
Begitulah kira-kira. Karena memang Mas Aswar mengomentarinya
melalui jejaring sosial facebook. Ia mengatakan kalau di facebook gak bisa
komen banyak, nanti saja kalau aku maen ke Sanggar, mungkin kita bisa diskusi
panjang, katanya. Tetapi sampai sekarang ternyata belum ada waktu yang berpihak
pada sebuah perjumpaan untuk diskusi panjang lebar mengenai sastra.
Keempat adalah Mas Bernando J Sucipto. Ia seorang esais hebat.
Tulisannya sudah banyak dimuat di media. Pernah ke Amerika juga, dan sekarang
ia mau ke Turki untuk program masternya. Senang rasanya bisa kenal dan dapat
ngobrol-ngobrol sama mas BJ, walau hanya lewat fb atau blognya yang sering saya
kunjungi. Saya sering membaca tulisn-tulisannya di blog, terkadang saya simpan
di leptop terkdang juga saya simpan di memori otak saya. Ada tulisannya yang
selalu hadir di dalam otak saya yaitu tentang kesadaran berpolitik. Sampai
sekang tulisan itu masih terngiang-ngiang di benak saya. Ia mengatakan bahwa
semua orang harus sadra politik. Siapa pun itu.
Oke. Ini saya tuliskan komentarnya :
1. Secara berbahasa kamu sudah
bagus. Cara kamu bernarasi juga sudah mulai lancar. Ceritamu lancar. Itu modal
untuk kamu nulis terus
2. Dalam cerpen juga perlu dialog
ya sbeagai pemanis. Kamu monoton dengan tidak memikirkan dialog. Ceritamu
dipenuhi narasi semua. Saya merasa capek bacanya
3. Dalam Dialog jug abisa lho
menggambarkan seting dan emosi
4. Cerita butuh konflik ya. Butuh
karakter juga. Konflik dalam ceritamu kurang tergarap. Ceritamu datar-datar
saja
5. Penggambaran seting kamu cukup
bagus, tapi itu tidak cukup
6. Kamu harus belajar lagi ya untuk
membubuhkan dialog yang perlu biar cerita manis dan enak
Itu saja dulu. Terus menulis ya
Begitulah kata mas BJ, dan saya
banyak belajar.
Tak ketinggalan M Toyu Aradana.
Ia adalah orang yang paling sering saya kirimi cerpen, keluhan, dan lain
sebagainya. Ia teman diskusi yang menyenangkan. Hp adalah media kami untuk
diskusi. Apa pun itu, di mana pun itu. Terimakasih selalu meluangkan waktu
untuk berdiskusi dengan saya.
Selanjutnya adalah Mba Ira
kenalan saya dari mba Nazil dulu, baru pertama kali ketemu, tapi aku sudah
curhat-curhatan sama mba Ira. Pesan mba Ira adalah jadilah orang yang selalu
memandang sesuatu itu berbeda, pandanglah sesuatu dari berbagai aspek. Jangan
hanya satu aspek saja. Hehehe. mba Ira juga termasuk orang yang sering saya
kirimi cerpen atau tulisan gak jelas saya. Elista Eka Lestari, teman-teman PBA
dan teman-teman yang tak bisa saya sebutkan satu persatu.