Ini Kata Mereka

0

Bagi saya, mengajar adalah hal yang menyenangkan karena saat mengajar saya akan meluapakan banyak hal yang membuat kepala saya pusing tujuh keliling, dan mengembalikan mood yang kurang baik menjadi baik kembali. Mengajar adalah menyembuhkan mood, dan penghilang lelah.

Saat ini saya sudah praktik mengajar bahasa Arab di kelas sebelas sebanyak delapan kali, dan di kelas dua belas IPS dua, satu kali. Praktik mengajar ini merupakan serangkaian kegiatan dari PPL-KKN Integratif yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah. Kegiatan ini wajib hukumnya bagi mahasiswa yang sudah menempuh jumlah minimal mata kuliah (saya lupa jumlah yang ditentukan harus berapa) dan yang telah lulus mengikuti PPL satu, kebanyakan orang biasa menyebutnya dengan Microteaching.
Selama sembilan kali mengajar inilah saya merasakan berbagai hal. Pertama perasaan grogi yang luar biasa, karena inilah kali pertamanya saya mengajar di madrasah aliyah. Kedua cemas dan khawatir siswa-siswi tak mempedulikan kehadiran saya di kelas. Ketiga sakit perut karena akibat tiga perasaan yang sebenarnya maknanya sama: grogi, cemas, khawatir. Dan apa yang terjadi di dalam kelas? Yup berhasil, semua bisa diatasi walau pun memang belum sempurna.
 Pertama kali saya mengajar di kelas sebelas IPS dua. Tahukan image anak-anak IPS seperti apa? Nakal, susah diatur dan lain sebagainya. Ya, saya akui awalnya mereka tak mau mengikuti pembelajaran saya, tapi lama kelamaan mereka mau mengikutinya, dan ketika pertemuan kedua hampir semua mata melek ke papan tulis melihat kosa kata yang saya tempel di papan tulis. Pada pertemua kedua ini saya membuat sebuah permainan yang bisa dikatakan sebagai evaluasi dari maharoh istima atau menyimak. Nama permainanya adalah Dengar dan Rebut Kata. Saya menyiapkan rekaman tentang materi pelajaran yang saya buat sehari sebelum mengajar. Dengan kehadiran media belajar ini siswa-siswi tertarik untuk mengikuti pelajaran.
Kelas yang saya ampu selanjutnya adalah kelas sebelas agama dan kelas sebelas IPA. Mengahdapi mereka tak perlu banyak takut, mereka mudah diatur, dan senang belajar. Saya berhasil menaklukan mereka. Terlebih di kelas agama, saya dekat dengan siswa-siswinya, karena memang porsi terbesar mengajar saya di kelas agama. Saya menagajar kelas agama sebanyak tiga kali pertemuan. Dan tentu saja dalam tiga kali pertemuan itu, saya selalu mengemas pembelajaran dalam startegi yang asik dan menyenangkan. Mengaktifkan siswa-siswi dengan berbagai permainan, yang sesungguhnya dalam peramainan itu mereka sedang belajar. Pertemuan pertama saya mengajarkan maharoh istima’ atau menyimak. Pada pertemuan ini saya harus benar-benar mampu merebut hati mereka, pertemuan pertama sangatlah menentukan. Di sini saya menggunakan media audio visual. Memutarkan lagu bahasa Arab, karena memang mereka jarang atau bahkan tak pernah mendengarkan para penutur asli berbahasa Arab. Kali ini saya lihat mereka begitu antusias. Begitu juga dengan guru pembimbing saya, Pak Isnan yang duduk di belakang. Kedua maharoh kalam atau berbicara, kali ini saya memakai startegi shopping and pameran. Strategi ini bertujuan mengaktifkan siswa dan menjadikan siswa-siswi sebagai actor yang terdapat dalam buku tersebut. Kegiatan pertama pembagian kelompok, setiap kelompok harus membuat poster sesuai tema yang diberikan untuk ditempel di dinding kelas, setelah itu setiap siswa harus berkunjung ke setiap poster yang ditempel di dinding oleh kelompoknya masing-msing. Sebelumnya saya menuliskan beberapa contoh pertanyaan saat mengunjungi poster teman kelompok yang lain dalam bahasa Arab. Mereka senang belajar ini. Itu yang saya lihat. Ketiga maharoh qiro’ah atau membaca. Dipertemuan terakhir ini saya tidak membuat strategi yang macam-macam, hanya menyuruh mereka membaca satu persatu dengan cara diacak, sembari bernyanyi potong bebek, dan memutarkan spidol ke tema-temannya. Ketika lagu berhenti dan spidol berhenti, maka sisiwa itulah yang mempunyai kewajiban membaca dan menerjemahkan bahasa Arab. Lagi-lagi saya melihat mereka senang. Kelas menjadi lebih hidup. Saya tertawa sampai sakit perut melihat ulah mereka. Dan saya bahagia dapat mengajar bahasa Arab. Mata mereka menyala tak ada yang redup. Semua senang, semua bersemangat. Di kelas sebelas ipa satu, saya pun merasakan hal sama.  Mereka senang, mereka tidak ngantuk, mereka tertawa, mereka belajar. Saat itu saya mengajarkan maharoh kitabah atau menulis dalam bahasa Arab.
Di akhir pertemuan di kelas agama, saya meminta mereka semua menilai cara mengajar saya, apakah mereka senang belajar dengan strategi yang saya terapkan, atau malah mereka tidak suka belajar dengan saya, ribet, dan membosankan. Terkumpulah lipatan kertas kecil di tempat pensil saya. Lipatan kertas kecil itu berisi perasaan, pesan, dan kesan mereka selama belajar bersama dengan saya. Dan apa kata mereka? Ini kata mereka:
Belajar sama mba Ela menyenangkan, kelas menjadi lebih hidup, materi bahasa Arab jadi mudah, saya senang belajar sama mba Ela, mba Ela baik, murah senyum, selalu ceira dan tak pernah marah saat pelajaran atau sedang berbincang hal yang lain, mba Ela penyabar.
Mba Ela kalau lagi ngajar lafalnya lebih jelas, dan jangan terlalu cepat, lebih memperhatikan siiswa-siswinya supaya tidak banyak yang keluar. (beberapa sisswa minta izin ke kamar mandi)
Terakhir mereka semua mendoakan semoga saya dapat menggapai cita-cita saya, dan semoga menjadi guru bahasa Arab yang unggul. Ada juga yang mendoakan semoga dimudahkan dalam menyusun skripsi.
Ada hal yang lucu dalam dua lipatan kertas kecil mereka. Ada dua siswa yang minta maaf karena sering tidur saat saya menerangkan. Mereka adalah Fahmi dan Eko, dua siswa yang membuat saya tertawa sampai sakit perut di pertemuan terakhir. Eko mengatakan kalau ia tidur bukan karena ia tidak suka sama saya atau tak suka sama pelajarannya, tetapi karena benar-benar ngantuk. Mereka berdua tinggal di pondok pesantren.. Saya tersenyum membaca permohonan mereka.
Ada juga siswa saya yang seperti tidak suka kepada saya. Namanya Amirul. Tetapi saat saya membuka lipatan kertas dari mereka tak ada yang menyatakan tidak suka. Itu berarti Amirul pun menyukai gaya pembelajaran saya. Ia memang agak sulit untuk diajak belajar, tetapi saya selalu dekati dia di mana pun. Saya ingat-ingat namanya, saya sapa dia di mana pun berada: di kelas, saat istirahat jika bertemu di perpustakaan. Dan saat ada kesempatan masuk lagi ke kelas agama (bukan untuk mengajar) dia menyapa saya. Selanjutnya di mana pun ia bertemu dengan saya, gantian dia yang menyapa saya duluan. Semoga dengan ia menyapa saya terlebih dahulu, merupakan sebuah tanda bahwa saya telah dapat merebut hatinya untuk belajar. Satu pelajaran yang saya ambil, bahwa siswa-siswi yang malas belajar, nakal, dan mempunyai peramasalahan dalam belajar, janganlah menjauhi mereka, tetapi dekati mereka dengan hati. Mereka akan dengan sendirinya menerima kita, juga menerima pelajaran.
Sampai saat ini, ada saja siswi yang meminta saya untuk mengajar lagi. Terimakasih telah meminta lagi untuk mengajar, tetapi jatah mengajar saya hanya delapan kali. Dan terpaksa pembelajaran di kelas harus diakhiri setelah saya mengajar delapan kali. Adapun pembelajaran di luar kelas, masih berlanjut, terkadang ada siswa yang bertanya tentang materi bahasa Arab dan meminta penjelasan. Dan tentu saja saya selalu bertanya kepada mereka, ‘belajar tentang apa ketika pelajaran bahasa Arab?’ serta merta mereka bercerita bagaimana berlangsungnya pembelajaran di kelas saat itu. 
Baik, diakhir tulisan saya kali ini, saya mengucapkan banyak terimakasih karena mereka telah menerima saya dengan tulus. Ketulusan itu tercermin ketika mereka senantiasa menyapa saya di mana pun berada. Saya berdoa untuk semuanya semoga kita semua selalu dimudahkan dalam setiap proses pembelajaran. Semoga apa yang kita pelajari saat ini bermanfaat untuk hari esok.
Terimakasih yang dalam juga saya sampaikan kepada Ibu saya yang setia berbagi informasi seputar pengajaran dan pembelajaran, yang selalu memotivasi saya untuk tidak putus asa, dan teman-teman terbaik saya, Niket Ndut yang selalu mendorong dan menenangkan saya,  berbagi jurus jitu dalam mengajar, Vivi, Rinda, Rahma, Meta, Dudul, Bu Nafisah, teman-teman PPL-KKN, teman-teman jurusan PBA, dan guru-guru saya tercinta.


Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !