Bagi saya, mengajar adalah hal yang menyenangkan karena saat
mengajar saya akan meluapakan banyak hal yang membuat kepala saya pusing tujuh
keliling, dan mengembalikan mood yang kurang baik menjadi baik kembali.
Mengajar adalah menyembuhkan mood, dan penghilang lelah.
Saat ini saya sudah praktik mengajar bahasa Arab di kelas sebelas
sebanyak delapan kali, dan di kelas dua belas IPS dua, satu kali. Praktik
mengajar ini merupakan serangkaian kegiatan dari PPL-KKN Integratif yang
diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah. Kegiatan ini wajib hukumnya bagi
mahasiswa yang sudah menempuh jumlah minimal mata kuliah (saya lupa jumlah yang
ditentukan harus berapa) dan yang telah lulus mengikuti PPL satu, kebanyakan
orang biasa menyebutnya dengan Microteaching.
Selama sembilan kali mengajar inilah saya merasakan berbagai hal.
Pertama perasaan grogi yang luar biasa, karena inilah kali pertamanya saya
mengajar di madrasah aliyah. Kedua cemas dan khawatir siswa-siswi tak
mempedulikan kehadiran saya di kelas. Ketiga sakit perut karena akibat tiga
perasaan yang sebenarnya maknanya sama: grogi, cemas, khawatir. Dan apa yang
terjadi di dalam kelas? Yup berhasil, semua bisa diatasi walau pun memang belum
sempurna.
Pertama kali saya mengajar
di kelas sebelas IPS dua. Tahukan image anak-anak IPS seperti apa? Nakal, susah
diatur dan lain sebagainya. Ya, saya akui awalnya mereka tak mau mengikuti
pembelajaran saya, tapi lama kelamaan mereka mau mengikutinya, dan ketika
pertemuan kedua hampir semua mata melek ke papan tulis melihat kosa kata yang
saya tempel di papan tulis. Pada pertemua kedua ini saya membuat sebuah
permainan yang bisa dikatakan sebagai evaluasi dari maharoh istima atau
menyimak. Nama permainanya adalah Dengar dan Rebut Kata. Saya menyiapkan
rekaman tentang materi pelajaran yang saya buat sehari sebelum mengajar. Dengan
kehadiran media belajar ini siswa-siswi tertarik untuk mengikuti pelajaran.
Kelas yang saya ampu selanjutnya adalah kelas sebelas agama dan
kelas sebelas IPA. Mengahdapi mereka tak perlu banyak takut, mereka mudah
diatur, dan senang belajar. Saya berhasil menaklukan mereka. Terlebih di kelas
agama, saya dekat dengan siswa-siswinya, karena memang porsi terbesar mengajar
saya di kelas agama. Saya menagajar kelas agama sebanyak tiga kali pertemuan. Dan
tentu saja dalam tiga kali pertemuan itu, saya selalu mengemas pembelajaran
dalam startegi yang asik dan menyenangkan. Mengaktifkan siswa-siswi dengan
berbagai permainan, yang sesungguhnya dalam peramainan itu mereka sedang
belajar. Pertemuan pertama saya mengajarkan maharoh istima’ atau
menyimak. Pada pertemuan ini saya harus benar-benar mampu merebut hati mereka,
pertemuan pertama sangatlah menentukan. Di sini saya menggunakan media audio
visual. Memutarkan lagu bahasa Arab, karena memang mereka jarang atau bahkan
tak pernah mendengarkan para penutur asli berbahasa Arab. Kali ini saya lihat
mereka begitu antusias. Begitu juga dengan guru pembimbing saya, Pak Isnan yang
duduk di belakang. Kedua maharoh kalam atau berbicara, kali ini saya
memakai startegi shopping and pameran. Strategi ini bertujuan mengaktifkan
siswa dan menjadikan siswa-siswi sebagai actor yang terdapat dalam buku
tersebut. Kegiatan pertama pembagian kelompok, setiap kelompok harus membuat
poster sesuai tema yang diberikan untuk ditempel di dinding kelas, setelah itu
setiap siswa harus berkunjung ke setiap poster yang ditempel di dinding oleh
kelompoknya masing-msing. Sebelumnya saya menuliskan beberapa contoh pertanyaan
saat mengunjungi poster teman kelompok yang lain dalam bahasa Arab. Mereka senang
belajar ini. Itu yang saya lihat. Ketiga maharoh qiro’ah atau membaca.
Dipertemuan terakhir ini saya tidak membuat strategi yang macam-macam, hanya
menyuruh mereka membaca satu persatu dengan cara diacak, sembari bernyanyi
potong bebek, dan memutarkan spidol ke tema-temannya. Ketika lagu berhenti dan
spidol berhenti, maka sisiwa itulah yang mempunyai kewajiban membaca dan
menerjemahkan bahasa Arab. Lagi-lagi saya melihat mereka senang. Kelas menjadi
lebih hidup. Saya tertawa sampai sakit perut melihat ulah mereka. Dan saya
bahagia dapat mengajar bahasa Arab. Mata mereka menyala tak ada yang redup.
Semua senang, semua bersemangat. Di kelas sebelas ipa satu, saya pun merasakan
hal sama. Mereka senang, mereka tidak
ngantuk, mereka tertawa, mereka belajar. Saat itu saya mengajarkan maharoh kitabah
atau menulis dalam bahasa Arab.
Di akhir pertemuan di kelas agama, saya meminta mereka semua
menilai cara mengajar saya, apakah mereka senang belajar dengan strategi yang
saya terapkan, atau malah mereka tidak suka belajar dengan saya, ribet, dan
membosankan. Terkumpulah lipatan kertas kecil di tempat pensil saya. Lipatan
kertas kecil itu berisi perasaan, pesan, dan kesan mereka selama belajar
bersama dengan saya. Dan apa kata mereka? Ini kata mereka:
Belajar sama mba Ela menyenangkan, kelas menjadi lebih hidup,
materi bahasa Arab jadi mudah, saya senang belajar sama mba Ela, mba Ela baik,
murah senyum, selalu ceira dan tak pernah marah saat pelajaran atau sedang
berbincang hal yang lain, mba Ela penyabar.
Mba Ela kalau lagi ngajar lafalnya lebih jelas, dan jangan terlalu
cepat, lebih memperhatikan siiswa-siswinya supaya tidak banyak yang keluar. (beberapa sisswa minta izin ke kamar mandi)
Terakhir mereka semua mendoakan semoga saya dapat menggapai
cita-cita saya, dan semoga menjadi guru bahasa Arab yang unggul. Ada juga yang
mendoakan semoga dimudahkan dalam menyusun skripsi.
Ada hal yang lucu dalam dua lipatan kertas kecil mereka. Ada dua
siswa yang minta maaf karena sering tidur saat saya menerangkan. Mereka adalah
Fahmi dan Eko, dua siswa yang membuat saya tertawa sampai sakit perut di
pertemuan terakhir. Eko mengatakan kalau ia tidur bukan karena ia tidak suka
sama saya atau tak suka sama pelajarannya, tetapi karena benar-benar ngantuk.
Mereka berdua tinggal di pondok pesantren.. Saya tersenyum membaca permohonan
mereka.
Ada juga siswa saya yang seperti tidak suka kepada saya. Namanya Amirul.
Tetapi saat saya membuka lipatan kertas dari mereka tak ada yang menyatakan
tidak suka. Itu berarti Amirul pun menyukai gaya pembelajaran saya. Ia memang
agak sulit untuk diajak belajar, tetapi saya selalu dekati dia di mana pun.
Saya ingat-ingat namanya, saya sapa dia di mana pun berada: di kelas, saat
istirahat jika bertemu di perpustakaan. Dan saat ada kesempatan masuk lagi ke
kelas agama (bukan untuk mengajar) dia menyapa saya. Selanjutnya di mana pun ia
bertemu dengan saya, gantian dia yang menyapa saya duluan. Semoga dengan ia
menyapa saya terlebih dahulu, merupakan sebuah tanda bahwa saya telah dapat
merebut hatinya untuk belajar. Satu pelajaran yang saya ambil, bahwa
siswa-siswi yang malas belajar, nakal, dan mempunyai peramasalahan dalam belajar,
janganlah menjauhi mereka, tetapi dekati mereka dengan hati. Mereka akan dengan
sendirinya menerima kita, juga menerima pelajaran.
Sampai saat ini, ada saja siswi yang meminta saya untuk mengajar
lagi. Terimakasih telah meminta lagi untuk mengajar, tetapi jatah mengajar saya
hanya delapan kali. Dan terpaksa pembelajaran di kelas harus diakhiri setelah
saya mengajar delapan kali. Adapun pembelajaran di luar kelas, masih berlanjut,
terkadang ada siswa yang bertanya tentang materi bahasa Arab dan meminta penjelasan.
Dan tentu saja saya selalu bertanya kepada mereka, ‘belajar tentang apa ketika
pelajaran bahasa Arab?’ serta merta mereka bercerita bagaimana berlangsungnya
pembelajaran di kelas saat itu.
Baik, diakhir tulisan saya kali ini, saya mengucapkan banyak
terimakasih karena mereka telah menerima saya dengan tulus. Ketulusan itu
tercermin ketika mereka senantiasa menyapa saya di mana pun berada. Saya berdoa
untuk semuanya semoga kita semua selalu dimudahkan dalam setiap proses
pembelajaran. Semoga apa yang kita pelajari saat ini bermanfaat untuk hari
esok.
Terimakasih yang dalam juga saya sampaikan kepada Ibu saya yang
setia berbagi informasi seputar pengajaran dan pembelajaran, yang selalu
memotivasi saya untuk tidak putus asa, dan teman-teman terbaik saya, Niket Ndut
yang selalu mendorong dan menenangkan saya,
berbagi jurus jitu dalam mengajar, Vivi, Rinda, Rahma, Meta, Dudul, Bu Nafisah, teman-teman PPL-KKN, teman-teman jurusan PBA, dan guru-guru saya tercinta.