Guru Dan Siswa Harus Saling Mencerdaskan

0

Begini, di awal tulisan ini saya akan tuliskan terlebih dahulu apa yang melatarbelakangi saya menuliskan judul di atas. Saat ini saya sedang praktik mengajar di salah satu sekolah negeri di Yogyakarta. Sudah berkali-kali saya mengajar dengan persiapan penuh dan satu kali mengajar tanpa persiapan apapun. Dan sudah beberapa kali juga mengikuti kegiatan yang diadakan oleh sekolah yang melibatkan siswa, guru, dan juga saya. Ada banyak hal yang saya lihat dan amati. Pertama tentang kesadaran berpendidikan, kedua kesadaran belajar siswa, ketiga kesadaran diri untuk mengetahui, dan menggali ilmu apapun tanpa membeda-bedakan satu ilmu dengan ilmu yang lain.

Di sini saya akan mengatakan bahwa kesadaran menempuh pendidikan Sembilan tahun di Negara kita memang sudah cukup tinggi untuk masayrakat yang tinggal di perkotaan, atau pun pinggir perkotaan. Akan tetapi di tengah-tengah aktifitas saya seperti menemukan celah untuk terpaksa mengatakan bahwa kesadaran belajar dan kesadaran diri untuk mengetahui, menggali berbagai ilmu pengetahuan sangatlah rendah.
Kenapa saya bisa mengatakan begitu? Baik saya jelaskan. Ketika saya mengajar bahasa Arab di kelas dua belas, ketika proses pembelajaran itu berlangsung saya mengajak siswa untuk bersama-sama mengerjakan soal latihan yang sudah diamanatkan oleh guru senior saya. Tetapi apa yang terjadi pada mereka? Tak ada satu pun yang mau mengerjakan soal-soal tersebut. Jumlah siswa berkisar dua puluh lima. Sehingga saya memutuskan untuk mengajak mereka mengerjakan satu soal dikerjakan untuk satu baris. Jumlah baris di kelas itu ada empat baris. Tetap saja mereka tidak mau. Mereka memilih untuk bercanda, bergosip, dan lain sebagainya. Saya bimbing mereka satu persatu pun masih saja sangat sulit untuk mengerjakan soal-soal itu. Bahkan ada yang mengatakan bahwa gak usah belajar saja Kak. Saya menghela nafas, dan merasa sangat prihatin. Bagaimana mungkin Bumi Pertiwi kita mempunyai genersi muda seperti ini? Apa yang akan terjadi sepuluh tahun ke depan? Negara kita seperti terkena kutukan yang sangat menyeramkan, entah dari mana kutukan itu datang.
Mungkin kalian ragu, jangan-jangan diri saya yang tiak bisa mengajak mereka unutk belajar? Tidak, hal ini tidak terjadi pada diri saya saja, tetapi teman-teman praktik yang lain pun mengeluhkan hal yang sama, bahkan pada sebuah pertemuan bersama guru-guru ada salah seoang guru yang menagtakan bahwa ‘mereka sudah datang ke sekolah saja, sudah untung mba, kalian di kelas tak akan diperhatikan, tak usah menyiapkan bahan pelajaran dengan begitu sempurna, kalian di kelas hanya akan di godain saja.’ Saya maklumi jika kami hanya akan di godain saja, tetapi saya yakin itu hanya akan terjadi di awal perkenalan, dan saya pun menyadari sebagai mahasiswa yang baru saja praktik mengajar. Tetapi jika masalahnya seperti ini, apa saya pun masih harus menganggap hal ini wajar?
Adalah tugas seorang guru harus mencerdaskan siswa-siswinya. Semua orang tahu itu. Tetapi mungkin sebagian orang belum tahu bahwa di sini siswa pun harus ikut mencerdaskan guru. Dengan cara apa? Dengan cara siswa-siswi banyak membaca, banyak mencari tentang ilmu pengetahuan, apa pun itu, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung akan terjadi sebuah pembelajaran dua arah. Pertama guru kepada siswa, kedua siswa kepada guru. Jika siswa-siswi sudah memiliki tingkat kecerdasan dan keingintahuan, dan bertanya banyak hal kepada guru maka dengan otomatis seorang guru pun akan lebih bnayak membaca, dan mencari. Tidak hanya meyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) saja, dan membaca bahan pelajaran yang ada di LKS (lembar kerja siswa) saja, tetapi membaca banyak hal. Kepada siapa itu semua dipersembahkan? Untuk diri kita sendiri dan untuk siswa. Dan persembahan yang lebih luhur lagi adalah untuk Negara kita yang sangat kita cintai: Indonesia.
Jika keadaan siswa seperti yang sudah di jelaskan di atas, maka pembelajaran dua arah itu tak akan terjadi. Guru akan mengalami stagnasi pemikiran. Stagnasi belajar. Dan siswa hanyalah siswa, hanyalah siswa yang memakai seragam di pagi hari, berangkat ke sekolah menggunakan motor juga sepeda, setelah itu pulang. Di sekolah hanya bertemu teman-teman, ngobrol dan mencuekan guru. Sebenarnya di balik seragam yang mereka kenakan ada beban pengetahuan yang mereka pangku. Mereka harus sadar benar akan hal itu. Begitu pun dengan guru  guru yang baik wajib membaca buku setiap hari sebagai asupan wajib untuk pengetahuannya.
Baik tapi mungkin kurang bijak kiranya jika saya seolah menyalahkan siswa-siswi. Di sini adalah kewajiban pertama seorang guru untuk mengembalikan kesadaran siswa untuk belajar, mencari, dan menggali ilmu pengetahuan apapun itu. Kiranya guru tak boleh berputus asa untuk selalu mengajak siswa-siswinya belajar. Kepada guru selamat mencerdaskan para generasi bangsa. 


Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !