Magrib:
di saat burung-burung kembali ke rumahnya masing-masing
Sepuluh hari yang lalu, aku mendapatkan kabar duka dari teman satu
jurusan di kampus. Teman kami Novi Puji Astuti meninggal dunia karena
kecelakaan motor saat ia hendak menunaikan kewajibannya untuk mencari ilmu di
kota yang katanya kota pendidikan. Kaget, tidak percaya, lemas, deg-degan,
itulah perasaan yang aku pribadi rasakan, walaupun aku akui secara pribadi aku
tidak begitu dekat dengannya, kami hanya teman satu jurusan yang jika bertemu
hanya bertegur sapa sekedar basi-basi.
Ia seorang perempuan yang selalu mencuri focus di mana pun karena
anugrah kecantikan yang dimilikinya. Selain itu, dia pun selalu berusaha tampil
dengan trend masa kini. Seorang hijaber, pengguna high heels, dan wedges. Ia
salah satu teman tercantik di jurusan kami: PBA.
Segera aku mengabari teman-teman yang lain, perasaan yang sama pun
menyergap mereka. Berulang kali aku menerima telephone, menjawab ketidak
percayaan teman-teman semua. Jawaban tidak berubah. “Iya, benar dia meninggal
jam dua siang, kecelakaan motor.” Temanku mengatakan kalau ada yang mau
takziyah minta tolong untuk dihubungi. Sejurus kemudian, teman laki-laki kami
yang selalu bersedia direpoti untuk mengurus ini itu mengirim pesan kepada kami
semua untuk pergi takziyah ke rumah almarhumah hari Sabtu pukul 12 siang kumpul
di kampus. Tentu saja aku jawab iya. Selain untuk takziyah, niatku adalah ingin
bertemu dengan teman-teman yang lain, yang sudah kurang lebih satu bulan kami
tidak bertemu karena tugas mulia yang diberikan pihak kampus kepada
kami:Pengabidan kepada masayarakat. Aku melaksanakan pengabdian di sekolah
sebagai calon guru bahasa arab.
Sabtu
siang saat matahari tepat di atas ubun-ubun
Adzan berkumandang, aku dan temanku Ida sampai di kampus tercinta.
Belum banyak orang yang datang, hanya beberapa orang saja, yang jelas aku ingat
adalah fitrah, yang lainnya aku lupa. Istirahat sejenak dan melaksanakan kewajiban
sebagai seorang muslimah di mesjid. Teman-teman kami mulai datang satu persatu.
Kebanyakan adalah teman-teman dekatku. Dan para pelancong sejati, pemburu
tempat-tempat wisata setelah ujian akhir semester: Adib, Petruk, Halim, Dul
Aziz, dan masih banyak lagi.
Terkumpul sudah kami semua, sebanyak tiga mobil kami meluncur ke
kediaman almarhumah, tepatnya jam tiga sore. Menunaikan shalat Ashar di jalan.
Dalam hati aku membatin, dan bertanya, sebenarnya almarhumah teman dekatnya
sama siapa sih? Aku tidak begitu tahu, mungkin teman kosnya. Yang pasti, yang
aku tahu yang pergi bertakziyah adalah orang-orang yang tidak memiliki hubungan
dekat sekali dengan almarhumah. Tetapi wow, teman kami Siro dapat mengumpulkan
masa lumayan banyak. Dan aku merasa mempunyai rasa solidaritas kami sebagai
teman seangkatan, juga kewajiban kami sebagai hamba Allah yang diperintahkan
untuk bertakziyah kepada orang yang meninggal, karena kita semua saudara
seiman.
Tuhuh
hari selepas ia bersama kedamaian
Aku, dan temanku mendapatkan pesan kembali dari Mahendra. Ia
mengagendakan untuk mengadakan tahlilah bersama di rumah teman kami, Salis.
Adalah hal yang tak terpikirkan olehku untuk mengadakan tahlil bersama bukan di
kediaman keluarganya. Tetapi aku sangat bangga memilki teman-teman yang
kepekaannya di atas rata-rata. Ketika melihat foto di facebook, begitu ramai
dan padatnya teman-temanku yang mengikuti acara tahlilan bersama ini. Mereka
benar-benar peduli akan kehidupan sahabat kami di alam sana. Ternyata di balik
ketidak tahuanku, barangkali ia telah menyimpan banyak kenangan di benak
teman-teman semua, sehingga semua orang peduli kepadanya, walaupun ia telah
tiada di tengah-tengah kita lagi. Pastinya ia telah menabur banyak benih
kebaikan selama hidupnya.
Semua teman mengirimkan do’a padanya.
Sejak
hari itu aku belajar dan mencoba merenungkan. Kebaikan apa yang pernah aku
lakukan untuk orang lain sehingga aku pantas di doakan kapan pun, dan di mana
pun? Amalan apa yang sudah aku dawamkan yang membuat harum bauku ketika akhir
nanti? Ibadah apa yang telah benar-benar aku lakukan dengan penuh keihklasan
dan kekhusuan?
Aku
yakin benar. Bahwa hari itu aku belajar banyak dari almarhumah sahabat kami
juga dari teman-teman yang kepekaannya di atas rata-rata.
Allah,
terimakasih atas pelajaran yang Kau berikan kepadaku. Semoga aku termasuk hamba
yang selalu ikhlas mengabdi kepada-Mu. Juga semoga almarhumah Novi Puji Astuti
bahagia di alam yang telah Kau siapkan untuknya. Amin Amin Amin