Inilah kali pertamanya aku berjalan sendiri pada jam 03.17 dini
hari. Udara masih terasa dingin, daun-daun masih tenang, pohon masih terlihat
hitam dan menakutkan, seperti hantu-hantu raksasa, rel kereta memanjang
melintang di sampingku, penuh embun yang jatuh di sana. Suara langkah kaki,
terdengar lebih nyaring daripada biasanya, diiringi hembusan nafas yang jelas
terdengar telinga.
Sepi. Tapi tak sesepi bulan-bulan yang lain. Ini bulan Ramadhan.
Semua umat Islam pasti sudah terjaga untuk melaksanakan makan sahur. Dan karena
bulan Ramadhanlah aku berani berjalan sendiri ke arah Barat untuk membeli
sebungkus nasi. Kata guru ngajiku dulu, pada saat bulan Ramadhan setan-setan
diikat, di penjara, sehingga tak ada setan yang menggoda manusia. Alasan ini
pulalah yang mendukung keberanianku. Aku percaya bahwa di rel kereta api yang
penuh dengan cerita-cerita mistis tentang perempuan berambut panjang, tentang
laki-laki yang menangis, tentang para korban bunuh diri, dan lain sebagainya,
tak akan berani menampakkan diri pada dini hari ini.
Aku terus berjalan. Sepanjang jalan Gendeng, tak kutemui satu orang
pun, hanya terdengar suara sayup-sayup dari salah satu rumah yang aku lewati.
“Ah, beginilah hidup di daerah rantau. Apa-apa sendiri tak ada yang
menemani, kecuali kalau punya pacar, masih ada kemungkinan ada yang menemani di
mana pun berada.” Hatiku menceracau.
“ Lha terus kamu kok
sendiri? Kamu ndak punya teman, La? Dan juga tak punya pacar?
“Tentu saja aku punya banyak teman, tetapi teman-temanku sekarang
sedang berada di daerah tugasnya masing-masing. Kami semua sedang melaksanakan
PPL-KKN.”
Dari kos, aku berharap bertemu seseorang yang aku kenal, siapa pun
itu, tapi hasinya nihil, tak ada satu teman pun yang berkeliaran dini hari ini,
mungkin teman-temanku yang kebetulan tidak sedang KKN, atau yang sudah KKN tengah
menikmati santap sahur di kos masing-masing.
Sampai di depan warung nasi Padang. Langsung kupesan satu bungkus
nasi dan ikan nila. Akan kusantap di kos saja. Supaya lebih santai. Kulemparkan
pandanganku ke arah oang-orang yang sedang dan telah makan sahur di sana, tetap
tak ada yang aku kenali.
Berjalan kembali, sendiri, tentunya setelah membayar nasi padangku,
kulihat ada satu motor terjatuh di jalan raya. Mungkin pengemudinya mengantuk,
pikirku. Berhenti sebentar. Tetapi langsung aku lanjutkan perjalananku tanpa
berpikir panjang.
Juli 2013