Di satu pagi yang cemas HPku berdering. Sebuah nomor tak dikenal masuk.
"Selamat pagi, ini dengan Ibu Laelatul Badriyah?"
"Iya benar. Ini siapa?"
"Saya A. Dari susu Prenagen"
"Gimana ibu kehamilannya?"
"Saya sudah melahirkan"
"Oh maaf ibu. Selamat atas kelahirannya. Kalau boleh tahu nama bayinya siapa?"
"Untuk apa ya?"
"Kalau ibu tidak berkenan boleh disebutkan bu jenis kelaminnya?"
"Perempuan"
"Menyusuinya lancar bu?"
"lancar"
"Oh iya. Selamat menyusui bu"
Telpon mati. Aku menggerutu. "Dari sales susu ibu hamil."
Suamiku mengernyitkan dahi. "Dari mana mereka tahu nomor teleponmu?"
Aku menggelengkan kepala.
Di suatu siang, hpku kembali berbunyi. Seorang sales susu formula menghubungiku. Namun sayang, baru saja perkenalan jaringan terputus. Dia tidak menelpon lagi.
Pertanyaan besar menyeruak kepalaku. Mengapa identitas pribadiku dan status kehamilanku sampai di tangan para sales susu itu. Aku mengingat-ingat apakah aku pernah mengisi sebuah formulir dari agen susu? Tidak. Apakah aku pernah mengisi data pribadi di sebuah toko atau mall? Iya. Tapi tidak berhubungan dengan susu ibu hamil atau susu formula. Lalu aku urut lagi. Satu-satunya instansi yang mengetahui benar kondisi terkiniku adalah beberapa fasilitas kesehatan (faskes) tempat aku check up kandungan dan melahirkan. Dari faskes kah asal dataku tersebut?
Mungkin iya, mungkin tidak. Aku hanya bisa mengira-ngira. Jika memang benar begitu, ini sungguh tidak etis. Aku tidak pernah mendapatkan kertas persetujuan data pribadiku dibagikan kepada orang/ lembaga/instansi/produsen apapun. Keamanan data kita memang dipertanyakan sih di negara berkembang ini.
Ketidaketisan yang kedua adalah tindakan para sales susu menelpon aku secara langsung. Tindakan ini masuk pada pelanggaran kode internasional pemasaran susu formula/makanan pengganti ASI yang sudah disusun oleh WHO dan UNICEF dan diterima oleh WHA pada tahun 1981.
Berdasarkan pengalamanku, bulan pertama adalah bulan yang cukup kritis dan rentan. Karena di bulan pertama bayi dan ibu sedang sama-sama belajar, diperlukan kesabaran dari si bayi, ibu dan ayah, orang tua dan mertua dan tentu saja komitmen kuat untuk mengASIhi dari keluarga .
Di masa ini juga kepercayaan diri ibu bisa jadi runtuh, akibat tantangan-tantangan menyusui yang sedang dihadapi.
Tantangannya emang apa aja? Banyak. Setiap ibu menghadapi tantangan yang berbeda.
Tantangan yang aku hadapi adalah ASI yang keluar belum banyak, Nayanika hanya mau menyusu di satu payudara, puting lecet, lalu dia sukanya ngempeng, pernah juga dia gak mau menghisap payudaraku. Hal ini tuh bikin pikiran kalut kalau tidak menemukan lingkungan yang mendukung kita untuk tetap dapat menyusui.
Di saat tantangan itu datang kita harus mencari pertolongan ke mana? Yang aku lakukan adalah menemui konselor laktasi. Di sini, akan dievaluasi posisi dan pelekatan menyusu si bayi bagaimana, dilihat durasi menyusunya berapa lama, lalu dikasih solusi bagaimana bisa menghadapi semua tantangan. Nayanika akhirnya mau menyusu di dua payudara karena aku afirmasi, skin to skin, dan memberikan payudara (yang dia tidak mau) di saat ia mulai mengantuk. Sekarang dia sudah tidak pilih-pilih lagi. Selain itu, mindeset kita juga diurai. Pikiran apa yang menghalangi keberhasilan menyusui?
Susu formula adalah hantu yang melekat dalam pikiranku.Aku khawatir Nayanika harus dikasih sufor. Jujur, aku juga ragu pergi ke dokter anak karena takut direkomendasiin susu formula. Takut dimarahin dan dijudge tidak bisa menyusui karena berat badan Nayanika susah naik di bulan pertama. Ya karena memang faktanya banyak petugas kesehatan dan lembaga kesehatan yang bekerja sama dengan produsen susu formula/susu tumbuh kembang. Lalu mereka merekomendasikannya pada ibu-ibu yang sedang mencari pertolongan kepada para dokter ini. Alih-alih dievaluasi proses menyusuinya, yang ada disuruh beli susu formula merk tertentu dengan harga yang tidak murah.
Serangkaian pengalaman biologis yang dialami oleh perempuan itu berat. Di masa menyusui, hal ini semakin berat dan menyakitkan karena kondisi lemah dan rentan ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Bukankah ini adalah sebauh kedzaliman yang besar?
Untuk ibu-ibu yang sedang menyusui tetap yakinlah bahwa ASImu itu cukup untuk bayimu. Percayalah bahwa ASI adalah asupan terbaik untuk bayimu. Tidaklah perlu menambah asupan susu formula karena takut kurang gizi dsb.
ASI adalah cairan hidup yang dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayimu.
Pemberian sufor diperbolehkan jika ada indikasi medis dan pemberiannya harus dibawah pengawasan dokter.
Terima kasih sudah berbagi pengalaman mba. Aku juga sedang mempersiapkan diri menjelang melahirkan nih. Semoga proses mengASIhiku lancar dan tidak dibayang-bayangi susu formula.
ReplyDeleteWaaah... selamat menanti kelahiran mbak Dewi... Kuncinya di komitmen dan lingkungan tepat....
DeleteSalah satu stasiun TV francis pernah meliput di Indonesia, bagaimana perusahaan susu formula bekerja sama dengan para nakes untuk mengadvertise produknya, baik secara terang-terangan maupun soft selling. Miris, sih.
ReplyDeleteTetap semangat para ibu yang sedang menyusui. You're all the best
semangat ya mbaa... menyusui itu momen berharga banget. semoga dimudahkan dan dilancarkan mengASIhinya.
ReplyDeleteamiin... makasih mbak
DeleteKeren mba Layla! Semoga dimudahkan proses menyusuinya hingga genap 2 tahun ya mba.
ReplyDeleteBaca tulisan mba, saya jadi flashback ke masa-masa menyusui. Tidak mudah, tapi juga bisa dilalui.
Semangat dan kuat untuk mba Layla!
Makasih mbak.... tidak mudah tapi jadi banyak hal romantis yg dilalui bersama sama bayi
DeleteHahaha mba I feel You! Karena aku juga sedang menyusui. Minggu pertama pasca melahirkan adalah masa paling berat dalam fase menyusui menurutku.
ReplyDeleteKenapa? Karena saat iti asi belum lancar, rawan bendung asi, lecet de el el.. Belum lagi jahitan yang belum kering. Intinya butuh banget support suami dan orang terdekat untuk tetap dapat memberi asi.
Pelan tapi pasti. Alhamdulillah bayiku bisa full asi 6 bulan after drama di minggu awal pasca melahirkan. Semangat ya mbak.
Makasih mbak.... :-)
DeleteHuft... Belum ketauan ya kak mereka dapat nomor dari mana? Ehya bunyi kode etik pemasaran susu formula lengkapnya seperti apa? Mereka tidak boleh memasarkan melalui panggilan langsung ya? Wah.. Baru tau saya soal ini... Makasih artikelnya
ReplyDeletehai mbak... utk baca dan akses kode etiknya bisa kunjungi web AIMI ya... https://aimi-asi.org/layanan/lihat/pelanggaran-kode-internasional-pemasaran-produk-pengganti-asi
DeleteSelain dokter/Rs kerja sama dengan perusahaaan farmasi tertentu, ternyata sufor juga toh. Makasih kak infonya, tambah tau jadinya.
ReplyDeleteSaya laki laki. Karena artikel diatas saya benar benar respect sama pengorbanan perempuan...
ReplyDeleteWaah, Mbaak. Aku belum nikah dan punya anak sih. tapi ikut gregetan juga sama hal yang terjadi pada Mbak Layla. Semangat mengASIhi ya, Mbaak. Tetep semangat dan jaga kewarasan :")
ReplyDelete