Harus berapa kali saya mengganti gembok? Gembok termurah sampai
termahal pun tak mampu menahan ia untuk masuk. Bukan tak mampu. Tepatnya
gembok-gembok yang saya pasang di pintu gerbang memang tidak pernah berpengaruh
untuknya. Ia, yang selalu masuk tiba-tiba ke dalam rumah saya, selalu tertawa
terpingkal-pingkal ketika saya menghabiskan waktu untuk mengganti gembok. Dan
ia mengatakan itu sia-sia.
Pelbagai usaha sudah saya lakoni. Termasuk meminta petugas ronda
malam menjaga pintu rumah saya dan menempel kentongan di depan rumah. Tapi itu
sama sekali tidak mujarab. Ia malah tertawa semakin keras. Ia pun semakin gila
menyambangi rumah saya tanpa permisi. Tanpa membuka gembok. Tanpa membuka
pintu. Ia ada di saat yang sama sekali tidak saya inginkan kedatangannya. Ia
seperti maling. Bukan, bukan maling. Makhluk gaib tepatnya.
Tak hanya berhenti di rumah. Ia pun terus bergerilya menyambangi
saya di pelbagai tempat. Di jalan yang selalu saya lewati, di sudut-sudut kafe
tempat saya berkelekar, di taman tempat saya membawa anjing kesayangan
jalan-jalan, di bioskop, di manapun. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk
melewati jalan yang berbeda untuk dapat sampai ke tempat kerja dan ke rumah,
saya pun mengunjungi kafe-kafe yang belum pernah saya jajaki, saya juga membawa
anjing saya jalan-jalan ke taman yang lain. Taman yang jaraknya jauh dari rumah
saya.
Terakhir, ulahnya yang nyaris tak terampuni oleh saya adalah ia
datang saat saya berkencan dengan kekasih saya. Ia berkelebatan dalam ingatan.
Menjuntai di kepala saya. Bergelayut di rambut saya. Mencengkram tangan
saya. Memagut kaki saya. Saya
menamparnya dengan sinar mata saya. Nyaris
menghardiknya. Namun saya ingat kekasih baru saya, ia sedang menggenggam
tangan saya. Kami sedang merayakan ulang tahun saya di kafe ternama di kota
ini. Kafe yang pernah saya datangi sebelumnya bersama mantan kekasih saya.
Rona wajah saya berubah beberapa detik. Kekasih saya bertanya
kenapa. Saat itu juga saya luncurkan bualan yang biasa-biasa saja kepadanya.
Saya katakan ini adalah perayaan ulang tahun paling indah sepanjang hidup saya.
Kekasih saya tersenyum, mempercayai apa yang saya katakan.
Ulah terakhirnya nyaris membuat hancur perayaan ulang tahun saya.
Sekarang, saya benar-benar tidak tahan dengan setiap kehadirannya. Kesabaran
saya telah di ujung pangkal. Saya terganggu. Ini sudah melanggar aturan.
Mengganggu ketentraman hidup saya. Baik, saya putuskan untuk membawa perkara
ini ke pihak yang berwajib. Ini sudah keputusan final. Saya tak mau lagi
diperbudak olehnya.
Saya mengadukan perkara ini sendiri. Tanpa didampingi kekasih saya.
Polisi itu mencatat setiap detail
pengaduan saya.
Nama tersangka : Kenangan
Kesalahan : Telah mengganggu ketentraman hidup pelapor. Selalu datang
ke rumah ingatan tanpa izin si pelapor. Bahkan selalu menguntit dan mengawasi si
pelapor saat berkencan dengan kekasih pelapor.
Pelanggaran : UU No 16 pasal 10. “Bahwa setiap hal yang tersisa
dari sebuah hubungan asmara, jika itu mengganggu kehidupan mantan kekasih,
sampai mengganggu psikologi mantan kekasih bisa diajukan ke pihak berwajib dan
pihak yang berwenang akan mempertimbangkannya.”
“Bisakah ia dipenjarakan Pak Polisi?”
--------------------
Layla Badra Sundari
Jogjakarta, 24 September 2015
Berharap Kenangan membawa sate ke kos saya. “Happy Id Adha”