Siang ini, saya sedang mengingat pertemuan pertama kita
di stasiun kereta api. Tepat jam 12
malam, kita akan sama-sama bertolak ke kota pendidikan. Menunaikan titah
sebagai manusia untuk selalu mencari ilmu sampai sejauh-jauhnya. Sampai ke
puncak-puncak pengetahuan.
Aku berdiri di gerbong kereta yang padat. Kamu juga.
Berjam-jam. Ini adalah pertama kalinya saya menaiki kereta api.
Sudah saya bilang, akhir-akhir ini kenangan
demi kenangan selalu berdatangan menyambangi hati saya yang sedang menepi.
Tentu kamu sekarang tidak akan sedang mengingat kenangan-kenangan itu bukan?
Terkadang saya berpikir kenangan hanya milik orang-orang yang sedang dilanda luka.
Kehadirannya selalu tiba-tiba. Menabrak ingatan. Membunuh waktu. Maka
ijinkahlah saya menuliskan kenangan sebagai pelipur hati yang pilu.
Ah, saat itu, kamu hanya mengenakan sandal jepit.
Kemeja yang sudah lusuh. Tas yang penuh. Sementara saya memakai sepatu sandal.
Celana jeans. Kaos warna biru. Dan tas yang hanya berisi beberapa pakaian saja.
Saya tahu, memakai sandal jepit dengan sepaket kemeja
dan celana jeans lusuh adalah kegantengan yang tiada tara bagi seorang
mahasiswa. Kenyamanan, kesupelan, anti hedon itulah yang tersemat dalam sandal
jepit, kemeja, kaos, dan celana jeans. Tak ketinggalan tas kecil yang hanya
berisi satu atau dua buku berikut pensilnya. Bagi saya itu adalah ciri khas
mahasiswa keren. Sungguh. Menempatkan mahasiswa bersandal jepit, pecinta jalan
kaki, pecinta sepeda sebagai mahasiswa-mahasiswa super duper keren.
Sama seperti saya yang senang memakai kaos hitam,
putih, merah, dan abu-abu, celana jeans hitam, abu-abu, dan biru tua, lengkap
dengan tas gandong merah, sandal jepit warna pink atau hitam, dan sepeda lipat
berwarna hitam. Tak ketinggalan jaket merah tipis saya bersama sebotol air
minum bercorak bunga warna merah. Bagi saya itu adalah kostum paling keren
untuk menghadiri acara-acara teater, diskusi sastra, ke perpus kota, ke toko
buku, nongkrong di malioboro, dan santai di warung kopi. Semua itu adalah
penampilan paling keren yang supel. Dan dijamin menambah rasa percaya diri.
(Sebenarnya itu tergantung selera sih).
Sekarang pun, kamu masih sama. Hanya barangkali pada
saat-saat tertentu saja kamu berkemeja rapi, bercelana kain, dan bersepatu. Aku
pun masih sama. Masih senang kaosan di saat-saat santai. Sesekali memakai
kemeja dan memakai sandal berhak 1 cm. Hanya sebatas untuk menyamakan tinggi
badan bersama adik saya yang lebih tinggi dari saya. Selebihnya sama seperti di
atas. Kecuali sepeda lipat saya yang sudah tiada. Dicuri entah oleh siapa.
Sedang apa kamu di sana? Tentu kamu sedang sibuk
mempersiapkah hari bahagiamu bukan?
Ah, selamat bahagia untuk kamu.
-Gusti, ijinkan aku bahagia dengan cara saya sendiri.
Ijinkan aku merengkuh tawa malaikat-malaikat kecil itu-
[Engkau yang Maha Kaya, perkenankanlah saya bertemu
dengan para ilmuwan dan sastrawan. Kehendakilah saya menginjakan kaki di
belahan bumi yang lain bersama karya-karya saya. Amin]
Warungjati, 16 April 2015