MAW AR TERAKHIR
Mawar merah selalu
mengingatkanku pada seorang laki-laki yang romantis, yang selalu memanjakanku,
dan yang selalu mencium lembut pipiku. Iya, siapa lagi jika bukan kekasihku
yang selalu aku cintai sampai saat ini. Jika kamu masuk kamarku, kamu akan
merasakan sedang berada di kebun bunga mawar, karena kamarku penuh dengan bunga
mawar merah. Tahukah kamu dari siapa bunga mawar merah itu? dan tahukah kamu
kenapa aku menjadikan kamarku seperti kebun bunga mawar? Ya, jawabannya benar,
dari laki-laki romantis yang aku cintai itu. Aku menyimpan semua bunga mawar merah itu sejak pertama kali dia memberikannya
kepadaku. Aku memberi nomor urut pada setiap tangkai bunga mawar itu, sehingga
aku tahu sudah berapa mawar yang dia berikan untukku. Selain itu setiap bunga
mawar adalah simbol dari sebuah cerita yang selalu berbeda setiap harinya.
Mawar merah di
penghujung Desember itu, mawar merah yang ke 1600 itu, mawar merah yang
diberikan di sebuah taman yang indah, sebuah taman yang belum pernah aku singgahi
sebelumnya, membawa sepenggal cerita
haru dan juga menyedihkan. Sebuah cerita yang penuh dengan air mata dan pelukan
hangat di dadanya. Dia harus kembali ke kampung halaman nun jauh di sana. Dia
mendapatkan panggilan untuk bekerja di sebuah perusahaan yang memberikan
jabatan tinggi untuknya. Bagaimana mungkin aku bisa hidup di kota ini tanpa
dia. Separuh hidupku adalah dia. Aku tidak sanggup membayangkan sedikitpun
hari-hari yang aku lalui tanpa dia, tanpa kejutan, dan tanpa bunga mawar. Aku
menangis sejadi-jadinya saat itu, aku merajuk supaya dia tetap di sini, supaya
tetap bersamaku. Entahlah, di depan dia, aku selalu berperilaku seperti anak
kecil yang tidak mau ditinggalkan ibunya kemanapun, aku selalu merasa aman dan
nyaman ketika aku di dekatnya, dan satu hal yang benar-benar membuatku selalu
ingin bersama dengannya, dia tidak pernah membentakku, apalagi memarahiku. Dia
seperti mengetahui semua hal tentang perempuan, bagaimana cara memperlakukan
seorang perempuan, dan dia seolah sudah menjelajahi dunia perempuan. Aku
bagaikan ratu di depannya. Dan semua itulah yang membuatku benar-benar
mencintainya daripada laki-laki manapun.
Dia berjanji akan
kembali pada bulan desember tahun depan. Itu berarti setahun aku hidup tanpa
dia. Setahun bagiku bukan waktu yang sebentar. Itu sangat lama sekali. Karena
aku menunggu. Menunnggu kekasihku kembali.
Januari aku masih
menangis. aku masih belum bisa hidup tanpanya. aku masih sering merajuk melalui
telepon supaya dia kembali ke kota ini. setiap malam, setiap dia pulang
bekerja, dia selalu menyempatkan waktunya untuk berbicara denganku melalui
telepon. Untunglah saat aku merajuk, dia tidak pernah marah walau secapai
apapun, dia masih bisa menenangkanku dengan ciuman yang jauh di sana. Dan dia
selalu mengatakan, “tenanglah, aku pasti datang menjemputmu sayang”
Pebruari aku masih
menangis dan merajuk, sudah kubilang di awal, di depannya aku selalu bersikap
seperti anak kecil. Tapi lagi-lagi dia tidak marah juga tidak membentakku. Dan
dia selalu mengatakan, “tenanglah, aku pasti datang menjemputmu sayang”.
Maret, April aku
mulai terbiasa hidup tanpa dia, selain bekerja, aku mulai menyibukan diri
dengan hal-hal yang aku sukai. Sekarang aku sering menenggelamkan diriku dalam
keramaian supaya aku tidak merasa sepi dan sendiri. Masih seperti biasa, dia
masih selalu menelponku saat dia pulang bekerja, dan selalu mengatakan,
“tenanglah sebentar lagi desember tiba, aku pasti datang menjemputmu”.
Mei,
apakabar bunga mawar merahku? Kamarku masih sama seperti dulu. Aku selalu berusaha
merawat mawar-mawarku karena mawarlah yang selalu ada menemaniku. Mawar-mawarku
menjadi saksi betapa aku sangat mencintainya, betapa aku selalu menunggunya,
menunggu Desember tiba, dan menunggu
bunga mawar segar. Sudah lama aku tidak mencium bunga mawar segar darinya. Aku
hanya mencium bunga mawar yang ada di kamarku saja. Mawar, Mawar yang indah.
Juni aku mulai
bersikap dewasa di depannya, aku tidak lagi menangis dan merajuk, Dia sudah
terlalu lelah menghadapi pekerjaan di kantornya, aku hanya berusaha tidak
menjadi beban untuknya. Aku percaya dia adalah laki-laki yang tidak akan pernah
menyakitiku, dan aku percaya Desember akan indah. Desember indah dan seterusnyapun
akan indah. Aku yakin itu. dia tidak akan membiarkanku hidup di kota ini
sendiri tanpanya.
Juli aku mulai resah,
dia sudah jarang menghubungiku. Dia juga tak kunjung membalas pesan singkatku,
dia hanya pernah mengatakan kalau sekarang dia sangat sibuk dengan pekerjaanya.
Iya. Aku tahu dan aku mencoba memahaminya.
Agustus,September, Oktober
sama dengan bulan Juli, bahkan lebih parah, dia tak pernah menghubungiku. Ada
persaan takut yang diam-diam masuk dalam hatiku. Tapi perasaan takut itu tak
bisa aku pahami.
Oh iya, sepertinya
aku lupa mengenalkan seseorang kepada kamu, aku punya teman yang selalu ada
menemaniku dan selalu menjaga bunga mawraku setiap kali aku bekerja, atau
setiap kali aku tidak berada di kamarku. dia baik, dia juga sama seperti
kekasihku, tidak pernah marah. Dia selalu menenangkanku di saat cemas mulai
menghampiri. Seperti sekarang ini, aku hanya bercerita kepada temanku ini
masalah ketakutanku. Setelah aku bercerita tentang perasaanku, dia akan pergi
menemui kekasihku dan mengabarkan apa yang terjadi padaku. Begitpun kekasihku,
akan menitipkan pesan untukku. Beruntunglah aku, dia selalu membawa pesan yang
baik untukku. Dia berbisik kepadaku,
“kekasihmu sangat merindukanmu,
dia ingin cepat-cepat berjumpa denganmu, dia akan membawa bunga mawar yang
banyak pada bulan desember nanti”
“benarkah?”
“iya”
Begitulah selanjutnya
aku menjalani hari-hariku hanya dengan teman khayalanku, dengan pesan-pesan
yang dititipkan oleh kekasihku nun jauh di sana. Begitupun dengan bulan
November sama dengan bulan yang sebelumnya.
Permulaan Desember
tiba, aku senang menyambut bulan ini. aku akan selalu siap menyambut kedatangan
kekasihku tanggal berapapun itu, siang, malam, dan sore, aku pasti siap. Aku
sudah menyiapkan tempat untuk bunga mawar segarku. Hm senang rasanya, aku
merasa bulan desember selalu cerah. Sekarang sudah masuk pertengahan hampir ke
penghujung desember tapi dia tak kunjung datang. Menurut teman khayalanku,
kekasihku sedang menyiapkan bucket bunga mawar yang sangat besar yang
tidak ada di kota ini. Oke. Aku percaya pada teman khayalanku.
Desember berakhir,
Januari tiba, dia tak kunjung datang. Aku cemas. Benar-benar cemas. Aku takut.
Benar-benar takut.
Malam datang, teman
khayalanku pergi menemui kekasihku. kabarnya sama, masih seperti dulu, masih
menyelesaikan bucket bunga mawar.
“seandainya aku sudah tidak mau
lagi bunga mawar, maukah dia menemuiku sekarang?” kataku pada temanku
Temanku hanya diam.
Entahlah aku sudah tidak berharap bunga mawar lagi, yang ku harapkan sekarang
adalah dia. Dia datang malam ini, itu sudah lebih dari cukup untukku.
Desember ke desember
berikutnya, aku masih menunggu, temanku sudah enggan menemui kekasihku, sudah
enggan memberikan pesan dan salam dariku. Temanku sudah lelah. Dia sekarang
hanya diam, setia menjaga mawar-mawarku.
Apakah aku juga harus
diam seperti temanku? Sudah bertahun-tahun aku menunggu, tapi tak kunjung ada
kabar, semakin aku mencarinya semakin jauh juga aku dengannya. Aku hampir putus
asa. Aku masih tetap setia mencintainya, aku masih tetap menunggunya di kota
ini.
apa kabar kekasihku? tak rindukah
kau kepadaku, kekasihmu yang selalu merajuk padamu untuk kembali ke sini.
Apakah kamu takut untuk kembali ke sini karena kamu sudah melanggar janjimu?
Apakah kamu takut aku tidak mencintaimu
lagi? Apakah kamu takut aku sudah dimiliki orang lain? Apakah kamu takut aku
marah padamu? Apakah kamu takut aku sudah tidak menyimpan dan menjaga
mawar-mawarmu lagi? Tidak, aku tidak akan pernah marah padamu, akupun masih
tetap mencintaimu, aku belum dimiliki orang lain, aku sudah memutuskan untuk
menunggumu sampai kapanpun, mawar-mawrmu sudah aku sulap menjadi toko bunga
mawar terbesar di kota ini. cepatlah kembali kekasihku, bawalah kabar gembira
untukku, sekalipun rambutmu sudah memutih, aku akan tetap mencintaimu
Sebenarnya yang dipenuhi rasa
takut adalah aku. Aku takut kamu marah padaku, sehingga kamu memutuskan untuk
tidak menjemputku di kota ini, aku takut kamu tidak mencintaiku lagi, aku takut
kamu telah menjadi milik orang lain, hidup bahagia, dan mempunyai banyak anak.
Aku takut kamu benar-benar sudah melupakanku. Dalam seribu ketakutanku, aku
tetap memutuskan untuk mencintai dan menunggumu.
Aku sudah lupa
Desember keberapa sekarang, teman khayalanku tiba-tiba saja ingin menemui
kekasihku lagi. Tentu saja aku
mengizinkannya, karena dengan begitu aku akan tahu keadaan kekasihku.
“pergilah, kabarkan kepadanya aku
masih menunggu”
Dia pergi sedikit
lama, satu minggu ini aku benar-benar sendiri. Mungkin ada urusan yang harus
dikerjakan bersama kekasihku. aku berusaha berpikir baik walaupun sebenarnya
aku mencemaskan mereka.
Tengah malam teman
khayalanku datang, matanya sembab, dia telah menangis, aku bertanya apa yang terjadi.
Dia menceritakan setiap hal yang dia lihat di sana. Kekasihku tengah dibungkus
kain kafan ketika temanku sampai di sana. Awalanya dia tidak percaya kalau
mayat yang sedang di tangisi keluarganya adalah kekasihku. kemudian dia
membukanya, memang benar, laki-laki yang ditutupi kain kafan itu adalah
kekasihku. temanku juga melihat seorang anak kecil menangis meraung-raung
memanggil-manggil Ayahnya dan melihat seorang permpuan cantik sedang
memanjatkan do’a untuknya.
Benarkah dia sudah
menikah? Sedikitpun aku tidak percaya. Aku berharap ini adalah sebuah mimpi
buruk, dan aku ingin segera bangun dari mimpi ini. tapi temanku terus
menjelaskan kenapa kekasihku tidak kembali menjemputku. Dia dipaksa menikah
oleh ayahnya ketika ayahnya jatuh sakit. Dia tidak bisa menolak permintaan
ayahnya, karena ayahnya bilang ini adalah permintaan terakhirnya. Tak lama
setelah dia menikah ayahnya meninggal. Dia tidak memberitahu aku di sini,
karena dia masih berharap akan ada kesempatan untuk menjemputku, dan satu hal
yang sangat penting, dia tidak ingin menyakitiku sedikitpun dengan kabar
pernikahannya, dia masih tetap mencintaiku sampai kapanpun.
Temanku sudah
menceritakan kisah ini kepada istri kekasihku,
dia merasa bersalah dan dia ingin bertemu denganku walaupun hanya untuk
mengucapkan kata maaf.
Aku menagis malam
ini. Desember itu menjadi hari terakhir kami bertemu dengannya, hari terakhir
aku memeluknya, dan hari terakhir aku menerima bunga mawar darinya.
Selamat jalan
kekasihku. aku yakin kita akan bertemu di surga.