No title

0


MAW AR TERAKHIR

Mawar merah selalu mengingatkanku pada seorang laki-laki yang romantis, yang selalu memanjakanku, dan yang selalu mencium lembut pipiku. Iya, siapa lagi jika bukan kekasihku yang selalu aku cintai sampai saat ini. Jika kamu masuk kamarku, kamu akan merasakan sedang berada di kebun bunga mawar, karena kamarku penuh dengan bunga mawar merah. Tahukah kamu dari siapa bunga mawar merah itu? dan tahukah kamu kenapa aku menjadikan kamarku seperti kebun bunga mawar? Ya, jawabannya benar, dari laki-laki romantis yang aku cintai itu. Aku menyimpan semua bunga mawar  merah itu sejak pertama kali dia memberikannya kepadaku. Aku memberi nomor urut pada setiap tangkai bunga mawar itu, sehingga aku tahu sudah berapa mawar yang dia berikan untukku. Selain itu setiap bunga mawar adalah simbol dari sebuah cerita yang selalu berbeda setiap harinya.
Mawar merah di penghujung Desember itu, mawar merah yang ke 1600 itu, mawar merah yang diberikan di sebuah taman yang indah, sebuah taman yang belum pernah aku singgahi sebelumnya,  membawa sepenggal cerita haru dan juga menyedihkan. Sebuah cerita yang penuh dengan air mata dan pelukan hangat di dadanya. Dia harus kembali ke kampung halaman nun jauh di sana. Dia mendapatkan panggilan untuk bekerja di sebuah perusahaan yang memberikan jabatan tinggi untuknya. Bagaimana mungkin aku bisa hidup di kota ini tanpa dia. Separuh hidupku adalah dia. Aku tidak sanggup membayangkan sedikitpun hari-hari yang aku lalui tanpa dia, tanpa kejutan, dan tanpa bunga mawar. Aku menangis sejadi-jadinya saat itu, aku merajuk supaya dia tetap di sini, supaya tetap bersamaku. Entahlah, di depan dia, aku selalu berperilaku seperti anak kecil yang tidak mau ditinggalkan ibunya kemanapun, aku selalu merasa aman dan nyaman ketika aku di dekatnya, dan satu hal yang benar-benar membuatku selalu ingin bersama dengannya, dia tidak pernah membentakku, apalagi memarahiku. Dia seperti mengetahui semua hal tentang perempuan, bagaimana cara memperlakukan seorang perempuan, dan dia seolah sudah menjelajahi dunia perempuan. Aku bagaikan ratu di depannya. Dan semua itulah yang membuatku benar-benar mencintainya daripada laki-laki manapun.
Dia berjanji akan kembali pada bulan desember tahun depan. Itu berarti setahun aku hidup tanpa dia. Setahun bagiku bukan waktu yang sebentar. Itu sangat lama sekali. Karena aku menunggu. Menunnggu kekasihku kembali.
Januari aku masih menangis. aku masih belum bisa hidup tanpanya. aku masih sering merajuk melalui telepon supaya dia kembali ke kota ini. setiap malam, setiap dia pulang bekerja, dia selalu menyempatkan waktunya untuk berbicara denganku melalui telepon. Untunglah saat aku merajuk, dia tidak pernah marah walau secapai apapun, dia masih bisa menenangkanku dengan ciuman yang jauh di sana. Dan dia selalu mengatakan, “tenanglah, aku pasti datang menjemputmu sayang”
Pebruari aku masih menangis dan merajuk, sudah kubilang di awal, di depannya aku selalu bersikap seperti anak kecil. Tapi lagi-lagi dia tidak marah juga tidak membentakku. Dan dia selalu mengatakan, “tenanglah, aku pasti datang menjemputmu sayang”.
Maret, April aku mulai terbiasa hidup tanpa dia, selain bekerja, aku mulai menyibukan diri dengan hal-hal yang aku sukai. Sekarang aku sering menenggelamkan diriku dalam keramaian supaya aku tidak merasa sepi dan sendiri. Masih seperti biasa, dia masih selalu menelponku saat dia pulang bekerja, dan selalu mengatakan, “tenanglah sebentar lagi desember tiba, aku pasti datang menjemputmu”.
            Mei, apakabar bunga mawar merahku? Kamarku masih sama seperti dulu. Aku selalu berusaha merawat mawar-mawarku karena mawarlah yang selalu ada menemaniku. Mawar-mawarku menjadi saksi betapa aku sangat mencintainya, betapa aku selalu menunggunya, menunggu Desember tiba, dan  menunggu bunga mawar segar. Sudah lama aku tidak mencium bunga mawar segar darinya. Aku hanya mencium bunga mawar yang ada di kamarku saja. Mawar, Mawar yang indah.
Juni aku mulai bersikap dewasa di depannya, aku tidak lagi menangis dan merajuk, Dia sudah terlalu lelah menghadapi pekerjaan di kantornya, aku hanya berusaha tidak menjadi beban untuknya. Aku percaya dia adalah laki-laki yang tidak akan pernah menyakitiku, dan aku percaya Desember akan indah. Desember indah dan seterusnyapun akan indah. Aku yakin itu. dia tidak akan membiarkanku hidup di kota ini sendiri tanpanya.
Juli aku mulai resah, dia sudah jarang menghubungiku. Dia juga tak kunjung membalas pesan singkatku, dia hanya pernah mengatakan kalau sekarang dia sangat sibuk dengan pekerjaanya. Iya. Aku tahu dan aku mencoba memahaminya.
Agustus,September, Oktober sama dengan bulan Juli, bahkan lebih parah, dia tak pernah menghubungiku. Ada persaan takut yang diam-diam masuk dalam hatiku. Tapi perasaan takut itu tak bisa aku pahami.
Oh iya, sepertinya aku lupa mengenalkan seseorang kepada kamu, aku punya teman yang selalu ada menemaniku dan selalu menjaga bunga mawraku setiap kali aku bekerja, atau setiap kali aku tidak berada di kamarku. dia baik, dia juga sama seperti kekasihku, tidak pernah marah. Dia selalu menenangkanku di saat cemas mulai menghampiri. Seperti sekarang ini, aku hanya bercerita kepada temanku ini masalah ketakutanku. Setelah aku bercerita tentang perasaanku, dia akan pergi menemui kekasihku dan mengabarkan apa yang terjadi padaku. Begitpun kekasihku, akan menitipkan pesan untukku. Beruntunglah aku, dia selalu membawa pesan yang baik untukku. Dia berbisik kepadaku,
“kekasihmu sangat merindukanmu, dia ingin cepat-cepat berjumpa denganmu, dia akan membawa bunga mawar yang banyak pada bulan desember nanti”
“benarkah?”
“iya”
Begitulah selanjutnya aku menjalani hari-hariku hanya dengan teman khayalanku, dengan pesan-pesan yang dititipkan oleh kekasihku nun jauh di sana. Begitupun dengan bulan November sama dengan bulan yang sebelumnya.
Permulaan Desember tiba, aku senang menyambut bulan ini. aku akan selalu siap menyambut kedatangan kekasihku tanggal berapapun itu, siang, malam, dan sore, aku pasti siap. Aku sudah menyiapkan tempat untuk bunga mawar segarku. Hm senang rasanya, aku merasa bulan desember selalu cerah. Sekarang sudah masuk pertengahan hampir ke penghujung desember tapi dia tak kunjung datang. Menurut teman khayalanku, kekasihku sedang menyiapkan bucket bunga mawar yang sangat besar yang tidak ada di kota ini. Oke. Aku percaya pada teman khayalanku.
Desember berakhir, Januari tiba, dia tak kunjung datang. Aku cemas. Benar-benar cemas. Aku takut. Benar-benar takut.
Malam datang, teman khayalanku pergi menemui kekasihku. kabarnya sama, masih seperti dulu, masih menyelesaikan bucket bunga mawar.
“seandainya aku sudah tidak mau lagi bunga mawar, maukah dia menemuiku sekarang?” kataku pada temanku
Temanku hanya diam. Entahlah aku sudah tidak berharap bunga mawar lagi, yang ku harapkan sekarang adalah dia. Dia datang malam ini, itu sudah lebih dari cukup untukku.
Desember ke desember berikutnya, aku masih menunggu, temanku sudah enggan menemui kekasihku, sudah enggan memberikan pesan dan salam dariku. Temanku sudah lelah. Dia sekarang hanya diam, setia menjaga mawar-mawarku.
Apakah aku juga harus diam seperti temanku? Sudah bertahun-tahun aku menunggu, tapi tak kunjung ada kabar, semakin aku mencarinya semakin jauh juga aku dengannya. Aku hampir putus asa. Aku masih tetap setia mencintainya, aku masih tetap menunggunya di kota ini.
apa kabar kekasihku? tak rindukah kau kepadaku, kekasihmu yang selalu merajuk padamu untuk kembali ke sini. Apakah kamu takut untuk kembali ke sini karena kamu sudah melanggar janjimu? Apakah kamu takut aku tidak  mencintaimu lagi? Apakah kamu takut aku sudah dimiliki orang lain? Apakah kamu takut aku marah padamu? Apakah kamu takut aku sudah tidak menyimpan dan menjaga mawar-mawarmu lagi? Tidak, aku tidak akan pernah marah padamu, akupun masih tetap mencintaimu, aku belum dimiliki orang lain, aku sudah memutuskan untuk menunggumu sampai kapanpun, mawar-mawrmu sudah aku sulap menjadi toko bunga mawar terbesar di kota ini. cepatlah kembali kekasihku, bawalah kabar gembira untukku, sekalipun rambutmu sudah memutih, aku akan tetap mencintaimu
Sebenarnya yang dipenuhi rasa takut adalah aku. Aku takut kamu marah padaku, sehingga kamu memutuskan untuk tidak menjemputku di kota ini, aku takut kamu tidak mencintaiku lagi, aku takut kamu telah menjadi milik orang lain, hidup bahagia, dan mempunyai banyak anak. Aku takut kamu benar-benar sudah melupakanku. Dalam seribu ketakutanku, aku tetap memutuskan untuk mencintai dan menunggumu.
Aku sudah lupa Desember keberapa sekarang, teman khayalanku tiba-tiba saja ingin menemui kekasihku lagi.  Tentu saja aku mengizinkannya, karena dengan begitu aku akan tahu keadaan kekasihku.
“pergilah, kabarkan kepadanya aku masih menunggu”
Dia pergi sedikit lama, satu minggu ini aku benar-benar sendiri. Mungkin ada urusan yang harus dikerjakan bersama kekasihku. aku berusaha berpikir baik walaupun sebenarnya aku mencemaskan mereka.
Tengah malam teman khayalanku datang, matanya sembab, dia telah menangis, aku bertanya apa yang terjadi. Dia menceritakan setiap hal yang dia lihat di sana. Kekasihku tengah dibungkus kain kafan ketika temanku sampai di sana. Awalanya dia tidak percaya kalau mayat yang sedang di tangisi keluarganya adalah kekasihku. kemudian dia membukanya, memang benar, laki-laki yang ditutupi kain kafan itu adalah kekasihku. temanku juga melihat seorang anak kecil menangis meraung-raung memanggil-manggil Ayahnya dan melihat seorang permpuan cantik sedang memanjatkan do’a untuknya.
Benarkah dia sudah menikah? Sedikitpun aku tidak percaya. Aku berharap ini adalah sebuah mimpi buruk, dan aku ingin segera bangun dari mimpi ini. tapi temanku terus menjelaskan kenapa kekasihku tidak kembali menjemputku. Dia dipaksa menikah oleh ayahnya ketika ayahnya jatuh sakit. Dia tidak bisa menolak permintaan ayahnya, karena ayahnya bilang ini adalah permintaan terakhirnya. Tak lama setelah dia menikah ayahnya meninggal. Dia tidak memberitahu aku di sini, karena dia masih berharap akan ada kesempatan untuk menjemputku, dan satu hal yang sangat penting, dia tidak ingin menyakitiku sedikitpun dengan kabar pernikahannya, dia masih tetap mencintaiku sampai kapanpun.
Temanku sudah menceritakan kisah ini kepada istri kekasihku,  dia merasa bersalah dan dia ingin bertemu denganku walaupun hanya untuk mengucapkan kata maaf.
Aku menagis malam ini. Desember itu menjadi hari terakhir kami bertemu dengannya, hari terakhir aku memeluknya, dan hari terakhir aku menerima bunga mawar darinya.
Selamat jalan kekasihku. aku yakin kita akan bertemu di surga.




Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !